Senin, 06 Oktober 2014

[Kuliner] Mencoba Sensasi Pedasnya Ikan Bakar Manado

Masakan Manado memang sudah sangat terkenal dengan tingkat kepedasannya yang menurut saya di atas rata-rata. Dan bagi saya, masakan Manado itu seperti surga bagi lidah saya yang memang sangat menyukai masakan pedas. Tak terkecuali dengan wisata kuliner saya kali ini yaitu Ikan Bakar Manado yang tentu saja rasanya menggigit lidah saya.

Bertempat di Jalan Bungur Jakarta Pusat, rumah makan ini mudah sekali diakses dengan angkutan umum. Saya dan istri saya malam itu menggunakan angkot no. 12 jurusan Senen – Kota. Hanya saja untuk naik angkot no. 12 ini kita harus bertanya dulu ke pengemudinya apakah dia lewat Galur atau tidak. Selain angkot no. 12 ini, masih ada juga angkot no. 37 dan Kopami 12. Patokan rumah makan Ikan Bakar Manado ini ada di sebelah kanan dari arah Senen, dekat dengan perlintasan kereta api ke arah Jalan Garuda.
 
Dekorasi ruangan dengan aksesoris layaknya di dalam kapal (dok.pribadi)


Malam itu, kami memesan menu satu buah ikan baronang bakar, satu porsi cah kangkung, dua piring nasi putih dan dua gelas teh tawar hangat. Ada dua pilihan bumbu untuk ikan bakarnya, yaitu bumbu rica-rica dan bumbu kecap. Berhubung perut istri saya sangat sensitif dengan masakan pedas, maka saya memutuskan untuk memilih bumbu kecap sebagai olesan ikan bakar saya. Untuk jenis ikan baronang, berat minimal yang tersedia di rumah makan ini adalah 6 ons per ekor. Dan untuk makan dua orang, sudah sangatlah cukup.

Dua pilihan sambal sesuai selera (dok.pribadi)
Butuh waktu sekitar 20 menit dari waktu kami memesan hingga makanan kami datang lengkap. Waktu menunggu yang cukup lama apalagi jika anda sudah membayangkan ikan bakar dengan cocolan sambal dabu-dabu dan sambal biasa (saya lupa menanyakan nama sambalnya.hehe..). Tak heran, orang di sebelah meja saya yang tak tahan menunggu lama sampai memesan bakwan jagung yang sepintas saya lihat berukuran sangat menggiurkan.


Rasa ikannya enak. Keputusan kami untuk memilih ikan baronang ternyata sangat tepat karena ikan baronang bakar yang disajikan di meja kami dagingnya tebal dan lembut. Rasa bumbunya sendiri kurang meresap dan sedikit kurang manis. Untungnya tersedia sebotol kecap manis di meja kami sehingga kami bisa menambahkan kecap sesuai selera lidah kami. Kangkungnya enak karena dimasak tidak terlalu matang. Jadi masih terasa renyah ketika dikunyah. Buat yang tidak suka pedas, hindarilah menggigit cabe rawit yang bertebaran di antara kangkung-kangkng ini. Ya iyalah ya....:)

Ikan Baronang Bakar Bumbu Kecap (dok.pribadi)
Kangkung Cah
Jumlah total biaya:
  • 1 ekor ikan baronang bakar bumbu kecap berat 6 ons = Rp. 17.000 x 6 ons = Rp. 102.000
  • 1 porsi kangkung cah = Rp. 16.000
  • 3 porsi nasi putih = Rp. 6.500 x 3 porsi = Rp. 19.500
  • 2 gelas teh tawar panas = Rp. 4.000 x 2 gelas = Rp. 8.000
TOTALnya adalah Rp. 145.500,00

Rabu, 24 September 2014

WHY DO I WANT TO BE A MASTER IN LEGAL TRANSLATION?

The need of translator in my office is something that unavoidable since my office handles all the things about legal matters in Directorate General of Civil Aviation. My recent job is between as a translator and a legal drafter. I know people will laugh if knowing that one of the legal drafters in Legal and Public Relation Division is not Bachelor of Law, but Bachelor of Arts.

Sometimes, in the middle of doing my job as a translator, I meet a confusion due to many words that rarely appears now coming up. As example, when I translate an international convention or regulations, I found some words that are hard and difficult to translate. In addition, there is no Legal English Indonesia Dictionary in my office, and the material that I have to translate is between legal terms and aviation terms. And as far as I know, there is no published dictionary that focusing on those matters.

I dream I can study Master in Translation or Applied Linguistic focusing Translation in overseas university or college. And not so long after I come back to Indonesia, I am going to make Legal Aviation English Indonesia Dictionary. I believe my dictionary would be helpful for translators who work on legal and aviation terms.

Selasa, 23 September 2014

Review Buku: Revolusi Transportasi #RevoluTrans oleh Bambang Susantono

Sumber: dok.pribadi

Penulis : Bambang Susantono
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Jumlah: 344 halaman
Terbit : Agustus 2014

 
Tadinya saya ingin memberi judul tulisan ini dengan kalimat “Saat Wakil Menteri Bicara Soal Transportasi”.Tapi saya urungkan dan memilih judul yang saya pakai sekarang karena nanti jika rencana Jokowi menghapuskan jabatan Wakil Menteri terlaksana, maka seandainya saya gunakan judul itu, maka judul tulisan saya jadi kadaluarsa dong. Hehe..

Jujur saja ada ketakutan dalam diri saya ketika akan membaca buku ini. Memang dari segi penampilan luar, buku ini memiliki desain cover yang sangat eye-catching. Penggunaan warna hijau tosca dengan ikon-ikon transportasi seperti bus, pesawat, mobil, sepeda, dan kereta dalam desain kartu seakan ingin mengesankan bahwa buku ini menyasar segmentasi pembaca berusia muda. Namun ketakutan saya adalah jika seorang pejabat pemerintahan menulis sebuah buku, yang ada di pikiran saya pasti gaya bahasa yang digunakan akan sangat membosankan dengan bahasa-bahasa dewa yang tak mudah dimengerti. Dan ternyata ketakutan saya benar-benar tidak terbukti dan bahkan sebaliknya saya dengan ini menyatakan SANGAT MENYUKAI buku ini secara keseluruhan.

Pak Bambang Susantono, selanjutnya akan saya sebut penulis, ternyata benar-benar pintar menulis. Terlihat dari gaya bahasa yang mengalir dan mudah dipahami. Membaca buku ini seperti saya sedang membaca buku dari seorang pakar transportasi sedang bercerita dengan gaya tulisan ala blogger. Ringan namun berbobot.

Buku ini terbagi dari 6 bab dimana setiap babnya terdiri dari 3-4 artikel. Secara keseluruhan, penulis lebih banyak menyoroti mengenai transportasi darat terutama di DKI Jakarta. Ya mungkin karena memang sepertinya DKI Jakarta sebagai ibukota negara ini seharusnya menjadi sebuah “etalase negara” yang baik, termasuk dari sisi transportasinya. Dalam buku ini, penulis menyoroti beberapa hal terkait perkembangan transportasi di ibukota seperti misalnya dalam artikel “Mimpi Buruk bernama : Gridlock!” yang khusus menyoroti kemungkinan terjadinya “Gridlock” yaitu istilah untuk menggambarkan parahnya kemacetan lalu lintas yang seolah-olah terunci, tanpa ada yang bisa memastikan posisi awal dan akhir kemacetan. Atau ada pula beberapa artikel dimana penulis membahas beberapa alat transportasi yang sudah (dan akan) ada di Jakarta seperti pada tulisan “Monorel”, “Busway, Why Bus?”, “MRT, di Atas atau di Bawah Tanah”.

Selain bicara tentang transportasi darat khususnya transportasi untuk perkotaan, penulis juga membahas beberapa jenis angkutan seperti angkutan sungai (dalam artikel “Angkutan Sungai a.k.a Waterways), atau angkutan laut (dalam artikel “Kita Perlu Pelabuhan Baru”) dan juga angkutan udara (dalam artikel “Bandara (harusnya) Bikin Bangga”. Semuanya dibahas dengan cukup lengkap dengan bahasa yang menarik.

Ada yang menjadi ciri khas penulis dari setiap artikel yang dia tulis disini. Di dalam artikel yang ditulis, penulis selalu mencantumkan data-data disertai dengan sumber data yang ditulis di bagian belakang buku. Penulis pun di setiap artikelnya selalu membandingkan substansi materi yang sedang dia bahas dengan apa yang sudah terjadi di luar negeri. Misalnya saja ketika membahas mengenai busway, penulis menceritakan pula keberhasilan sistem BRT alias Bus Rapid Transit (busway di luar negeri dikenal dengan istilah BRT) di Brasil, Tiongkok, maupun Bogota.

Untuk kalian yang ingin tercerahkan akan dunia transportasi Indonesia, tak hanya permasalahannya tapi juga kemungkinan solusi-solusi yang ada, wajib banget baca buku ini. Apalagi, di setiap akhir artikelnya terdapat beberapa pertanyaan yang membuat kita untuk berpikir untuk turut serta memberi solusi atau ide akan permasalahan-permasalan transportasi yang dibahas. Dan, ide-ide kalian tersebut bisa diemail ke revolutrans@gmail.com atau mention ke akun twitter @revolutrans.

Mari berpartisipasi dalam dunia transportasi Indonesia. Karena pada intinya, transportasi adalah tentang kita. Tentang manusianya.

Minggu, 21 September 2014

Sekilas Pandangan Saya Tentang Kurikulum 2013


Berbicara mengenai Kurikulum 2013 yang saat ini diterapkan menjadi sistem pendidikan di Indonesia, pikiran saya langsung terbayang dengan sistem pendidikan di Finlandia, yang saat ini menjadi salah satu sistem pendidikan terbaik di dunia. Indonesia memang rasanya masih jauh untuk menyaingi Finlandia dalam hal pendidikan, namun sepertinya Kurikulum 2013 ini mampu membawa kita ke arah yang sana.

Mengapa saya berkata bahwa Kurikulum 2013 kita mampu membawa kita ke arah sistem pendidikan seperti yang dimiliki oleh Finlandia?

Sebelum lebih jauh berbicara mengenai Kurikulum 2013, saya ingin menceritakan sedikit gambaran mengenai sistem pendidikan yang diterapkan oleh Finlandia. Berdasarkan berbagai artikel yang saya baca dan pelajari, salah satu yang menjadi kunci keunggulan dari sistem pendidikan Finlandia adalah bagaimana para murid di sana tidak dibebani dengan tambahan jam sekolah, tugas tambahan, maupun hal-hal lain yang membuat muridnya merasa berat. Sebaliknya, murid-murid diberi kebebasan untuk mandiri di dalam mencari informasi-informasi tambahan yang dibutuhkannya bahkan termasuk menentukan sendiri jadwal ujian untuk pelajaran yang dirasa telah mereka kuasai.

Dari segi penilaian, pendidikan di Finlandia tidak mengenal sistem ranking untuk para siswanya. Hal ini karena para guru di Finlandia merasa bahwa jika mereka menerapkan sistem ranking, mereka akan terfokus hanya pada anak tertentu saja. Dan, dengan adanya ranking, ditakutkan anak-anak yang berada di peringkat bawah akan merasa minder dan malu yang berujung minat belajar mereka akan menurun. Bahkan para guru-guru disana sangat menghindari memberi kritik terhadap para murid. Setiap murid diperbolehkan untuk berbuat kesalahan.
 
Secara singkat bisa saya simpulkan bahwa pendidikan Finlandia bertujuan untuk menghasillkan anak-anak yang tidak hanya cerdas saja, tapi juga menjadi anak yang mampu mandiri, bertanggung jawab dan kreatif.

Lalu bagaimana dengan Kurikulum 2013 yang saat ini sedang diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia mulai dari jenjang SD, SMP hingga SMA?

Beruntunglah karena saya memiliki istri seorang guru sehingga saya tak kesulitan untuk mendapatkan buku yang digunakan para murid di kelas IV, kelas yang diajarnya saat ini. Saya pun segera mencoba mencari tahu apa seperti apakah karakteristik Kurikulum 2013 ini, terutama untuk kelas IV SD.

Begitu membaca kata pengantar dari buku siswa kelas IV, saya tertarik dengan tujuan dari Kurikulum 2013 ini. Dari sisi tujuan, Kurikulum 2013 ini lebih menekankan pada sisi kreativitas dan komunikasi. Sepertinya dengan kurikulum ini, sisi kreativitas yang selama ini terkubur dalam-dalam akibat metode menghafal sedikit demi sedikit mencoba dihapuskan.

Saya sempat berbincang dengan istri saya mengenai metode seperti apa yang dipakai di Kurikulum 2013 untuk menggali sisi kreativitas dan komunikasi dari siswa. Jadi, di kurikulum ini, siswa lebih ditekankan untuk lebih berani menyuarakan pendapatnya dan mengkomunikasikan idenya pada saat kegiatan belajar mengajar. Saya pernah membaca sebuah artikel mengenai pendapat orang asing terhadap karakteristik orang Indonesia yang cenderung kurang mampu mengkomunikasikan pendapatnya. Saya optimis beberapa puluh tahun mendatang, jika Kurikulum 2013 ini dapat dilaksanakan dengan konsisten dan terus dikembangkan, stigma negatif seperti itu akan bisa dihapuskan. Generasi muda yang saat ini sedang dididik dengan Kurikulum 2013 akan menjadi orang-orang yang mampu menjadi mengkomunikasikan pendapatnya dan tentunya penuh dengan kreativitas. Karena menurut saya, ketika orang mampu mengekspresikan pendapatnya dengan penuh kebebasan, dengan sendirinya orang terlatih untuk berpikir kreatif.

Menelisik lebih jauh mengenai Kurikulum 2013, saya sempatkan untuk membaca buku siswa lebih detil. Setelah membaca beberapa halaman, saya tertarik dengan bentuk-bentuk soal yang ditanyakan di dalam buku siswa. Lihat saja salah satu contoh soal ini:
Sumber: Buku Siswa Kelas IV Tematik IV Hal. 3

Kurikulum 2013 sangat berbeda dengan kurikulum-kurikulum lain yang sebelumnya pernah diterapkan di Indonesia. Di kurikulum yang baru diterapkan setahun yang lalu ini, pelajaran diajarkan secara tematik dan saling terkait. Misalnya saja dari contoh soal di atas. Dalam soal tersebut, anak diminta untuk mengamati peta, menyebutkan jenis pekerjaan apa saja yang berada di dataran rendah, dataran tinggi, dan perairan. Dengan menjawab soal ini, menurut saya siswa aka diajak untuk berpikir secara kompleks. Yang pertama, siswa diajak belajar mengenai geografi karena dia harus membaca peta, termasuk membaca "Legenda" dan mata angin. Yang kedua, anak diajak belajar mengenai apa itu dataran rendah, dataran tinggi dan perairan. Disini sudah dua hal yang dipelajari. Dan terakhir, ketika diinta menyebutkan jenis pekerjaan sesuai dengan tempatnya, anak diajak berpikir mengenai pekerjaan yang ada dan merelasikannya dengan tempat dimana mereka belajar.

Saya jadi membayangkan lagi jaman SD saya dulu dimana setiap harinya saya dituntut untuk menghafal pelajaran yang saat ini sudah tak lagi saya ingat. Semoga dengan metode pembelajaran tematik dan saling terkait ini, anak-anak Indonesia ini nantinya bisa berpikir kritis, kreatif dan komprehensif. Ah, andai saja saya sekarang masih SD pasti senang rasanya tak harus banyak menghafal materi. Enaknya lagi, saya tak harus membawa banyak buku pelajaran karena buku Kurikulum 2013 disusun berdasarkan tema, dimana sebuah buku tematik di dalamnya sudah mencakup beberapa pelajaran.

Minggu, 08 Juni 2014

[Kuliner] : Nyusu di Mamoo Milk Purwokerto

Lama tak berkulineran di Purwokerto karena jarang pulang ke sana, ternyata Purwokerto tengah dilanda demam "susu". Hal ini saya amati ketika muter-muter di sekitaran Purwokerto, dan menemukan beberapa kedai atau gerobak yang menjual susu sebagai menu utamanya. Sebut saja nama-nama seperti Milk Max, Holy Milk, dan Mamoo Milk. Nama yang terakhir saya sebutlah yang sempat saya coba dalam mudik singkat saya beberapa hari yang lalu.


Mamoo Milk adalah sebuah kedai susu yang terletak di Jalan Brigjen Encung No.17 Purwokerto. Sesuai namanya, Mamoo Milk ini mengandalkan susu sebagai menu utama. Jadi kalau cafe biasa menjadikan kopi sebagai andalan, disini kopi hanya sebagai menu pelengkap dari sederet menu minuman susu aneka rasa.

Malam itu saya memesan segelas susu dingin rasa kopi. Saya sengaja memilih ukuran Large karena saya ini takut ukuran Large mereka ternyata kecil. Dan dugaan saya meleset karena ukuran gelas Large mereka "tinggi dan besar". Untuk gelas ukuran Large, semua susu aneka rasa dibanderol seharga Rp. 11.500. Saya lupa berapa harga susu untuk ukuran gelas small.

Dari segi rasa, susu rasa kopi saya ini cukup enak. Kopi yag dicampurkan cukup banyak sehingga memang dominan rasa kopi yang terasa di lidah saya. h iya, untuk yang tidak suka susu dingin seperti ini, bisa juga memesan beberapa menu susu yang panas. Cuma yang menurut saya agak aneh adalah jenis rasa untuk susu panas ini jauh lebih sedikit daripada yang dingin. Saya yang penasaran dengan susu strawberry hangat akhirnya harus sedikit kecewa karena ketika hendak memesan susu strawberry hangat, ternyata sudah tidak ada. Akhirnya saya cukup puas dengan memesan susu putih standar tanpa rasa.

Susu rasa kopi (dok.pribadi)
Sebagai pelengkap ibadah "nyusu", di Mamoo Milk disediakan aneka menu kudapan seperti roti panggang, roti goreng, pisang goreng, dll. Malam itu, saya memutuskan untuk mencoba french fries dan roti panggang strawberry keju. Dua-duanya rasanya enak menurut saya, cuma untuk potongan dan porsi french fries-nya menurut saya terlalu kecil. Jadi kurang nendang. Hehe..



Oh iya, buat yang ingin tau soal Mamoo Milk, bisa langsung ke akun social media yang mereka sediakan. 
Facebook: Mamoo_milk
Twitter : @mamoo_milk
Instagram : milk_mamoomilk

Susu : Rp.  5.500 - Rp. 12.000
Snack : Lupa (nanti kalo ke sana lagi tak update)
Jam buka : Pukul 10.00 - 24.00 WIB

Senin, 28 April 2014

Belajar Berbisnis Ritel di kelas #AkberJKT13 bersama Paulina Pungky (@paulinapungky)


Mba @paulinapungky in action ngajar di kelas #AkberJKT13  (dok.pibadi)

Bisnis ritel adalah sebuah bisnis yang langsung bersentuhan dengan end consumer. Itulah salah satu penjelasan dari Mba @paulinapungky saat berbincang-bincang dengan para murid, sesaat sebelum kelas #AkberJKT13 dimulai. Dan malam itu, Mba Pungky, demikian dia akrab dipanggil, dengan penuh semangat membagikan ilmu yang dia miliki di bidang bisnis ritel kepada murid, relawan AkberJKT dan juga teman-teman @EntrepreneurFes yang berjumlah sekitar 30 orang.

Kelas #AkberJKT13 ini merupakan kelas spesial. Kenapa? Karena kelas “Building A Retail Business” ini adalah hasil kolaborasi antara @AkberJKT dengan @EntrepreneurFes, sebuah festival tahunan dari Majalah Market+. Sebelum kelas tanggal 24 April ini, Mba Pungky sudah pernah mengajar di kelas kolaborasi dengan @EntrepreneurFes juga pada kelas “Product Innovation 101” bulan Maret lalu. Dan kini, tanggal 24 April 2014 bertempat di Kantor @DreamLabsID, kembali Mba Pungki berbagi ilmu mengenai bagaimana cara membangun sebuah bisnis ritel,

Mengawali kelas, Mba Pungky tidak langsung menjelaskan materi kelas, melainkan bercerita mengenai pengalamannya dalam dunia bisnis. Dari ceritanya, ada beberapa hal yang terdengar menarik menurut saya. Pertama adalah ternyata background pendidikan Mba Pungky ini bukan di bidang bisnis atau manajemen, tapi dia adalah seorang lulusan S1 Teknik Industri. Dan pada saat kuliah inilah, Mba Pungky, bersama teman-temannya, memulai masuk ke dalam dunia bisnis dengan membuka sebuah coffee shop. Dan gara-gara terjun di dunia bisnis inilah, Mba Pungky melanjutkan pendidikan S2 di bidang bisnis. Hal kedua yang menarik bagi saya adalah pada saat Mba Pungky bercerita mengenai bisnis lain yang ia geluti yaitu bisnis di bidang snack dengan nama “Bekal dari Ibu”, dimana konsepnya bahwa dia ingin membangkitkan memori masa kecil kita dimana dulu saat akan berangkat ke sekolah selalu senang ketika Ibu kita membawakan bekal untuk di sekolah. Konsepnya menarik menurut saya.

“Memulai usaha harus dimulai dari mimpi kita, jangan langsung mulai dengan business plan”. Menurut Mba Pungky, dengan memulai bisnis dengan mimpi, maka kita akan mudah untuk berpikir detail mengenai apa yang kita mau lakukan dengan bisnis kita. Jadi misal kita sudah tahu ingin membuat sebuah usaha seperti apa yang kita inginkan, maka kita belajar untuk mengetahui hal-hal detil misalnya konsep usaha kita, seperti apa bentuk usaha kita, dll.

Lalu kalau kita ingin membuat sebuah bisnis ritel, hal-hal apa saja yang perlu dipikirkan?

Menurut Mba Pungky, ada 7 hal yang mesti kita pikirkan sebelum membangun sebuah bisnis ritel, yaitu:

1. Brand strategy

Isi dari brand strategy itu adalah siapa sasaran pembeli kita, dimana kita akan berjualan, dan lain-lain. Mba Pungky mencontohkan toko-toko pakaian di Pasar Tanah Abang yang tidak memiliki brand strategy. Mereka memang tetap bisa memperoleh keuntungan yang banyak, tapi akibatnya mereka harus bertarung harga dan produk dengan toko-toko lain yang mungkin memiliki produk sejenis yang lebih baik dan lebih murah.

2. Brand 5 Senses Creative.

Ini merupakan penjabaran dari brand strategy. Disini kita sudah berpikir mengenai bagaimana logo produk kita, tagline seperti apa yang akan kita pakai, cara komunikasi dengan pelanggan, dll. Mba Pungky mencontohkan brand @brodofootwear yang konsisten memiliki cara komunikasi dengan pelanggan yang khas, yaitu dengan menggunakan panggilan “Bro”. Cara komunikasi yang khas inilah yang membuat brand tersebut memiliki engagement yang kuat dengan pelanggannya, yang akhirnya mampu meningkatkan penjualan produk mereka.

3. Business Modeling and Planning

Khusus mengenai business modeling and planning, Mba Pungky berpesan bahwa kita harus sadar akan fungsi dari membuat business model and plan. Jangan sampai berhenti hanya sampai membuatnya untuk sekedar dimiliki.

Dalam business modeling and planning ini, kita harus menentukan secara detail angka-angka seperti berapa jumlah penjualan kita, berapa target penjualan kita, dll. Angka-angka tersebut harus dipantau dan disesuaikan dengan keadaan di lapangan.

Lalu bagaimana cara kita menentukan angka-angka tersebut di awal usaha kita?

Ada dua cara yang dijelaskan oleh Mba Pungky. Pertama dengan kita melakukan riset terhadap usaha kita, misal dengan menghitung jumlah kendaraan yang lewat di lokasi dimana kita akan mendirikan usaha kita. Cara kedua dengan melakukan benchmark dengan usaha yang sejenis dengan usaha kita.

4. Operation Strategy

Disini kita sudah berbicara mengenai apa saja strategi yang akan kita pakai dalam operasional sehari-hari di tempat usaha kita. Misalnya kita harus sudah berpikir mengenai desain dan layout toko kita sehingga akan banyak orang yang datang ke toko kita.

5. Marketing Strategy

Untuk marketing strategy ini berisi mengenai strategi pemasaran seperti apa yang akan kita gunakan. Dalam pelaksanaannya, marketing strategy ini harus berkesinambungan dan berkaitan dengan keempat hal diatas.

6. Tactical Marketing Activity

Ini seperti penjabaran dari strategi marketing yang kita gunakan. Yang harus diingat adalah setiap strategi tersebut harus memiliki unsur “WHY” alias “kenapa kita melakukan strategi tersebut”.

7. Business profitability and growth review

Hal ini adalah bisa dibilang proses dimana kita melakukan kajian dan melihat kembali keuntungan bisnis kita. Ini penting untuk mengukur keuntungan dan pertumbuhan bisnis kita. Harus ada ukuran yang jelas, sehingga kita bisa menentukan apa yang harus kita lakukan ke depannya.

Dalam end consumer retail business, konsumen merupakan faktor penting dalam bisnis kita. Kita harus mau mendengar apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen. Konsumen sendiri memiliki sifat-sifat yang harus kita pikirkan demi keberlangsungan hidup dari bisnis kita. Sifat-sifat tersebut seperti sifat konsumen yang gampang bosan, jujur dan provokatif (misalnya produk kita jelek, ya konsumen akan mengatakan kepada teman-temannya agar tidak membeli produk kita. Hal ini berlaku juga untuk sebaliknya.

Hal yang menarik dari kelas #AkberJKT13 ini adalah para murid tidak hanya diberikan paparan materi dari guru, tapi disini Mba Pungky juga mengajak para murid untuk melakukan praktik jual dan beli, dimana salah seorang harus menjadi seorang penjual dan berpikir bagaimana cara menjual produknya, sedangkan satu orang pasangannya menjadi pembeli yang harus selektif dalam membeli barang. Menarik dan menyenangkan. :)

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Selasa, 15 April 2014

One Day Trip to Cirebon : Wisata Kuliner dan Sejarah (Part 1)

Setelah beberapa waktu yang lalu saya menulis tentang pengalaman saya melancong seharian di kota Bogor, maka kali ini saya ingin menulis pengalaman saya jalan-jalan seharian di kota udang, Cirebon.

Kenapa saya memilih Cirebon sebagai destinasi jalan-jalan saya ini?
Alasannya ya karena saya dan pacar saya ingin jalan-jalan keluar kota Jakarta. Dan setelah searching sana-sini di Google, maka pilihan kami jatuh ke kota Cirebon, sebuah kota di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, yang hanya berjarak sekitar 219 kilometer lebih dari kota Jakarta.

Kami menempuh perjalanan dengan menggunakan kereta api Cirebon Ekspress yang berangkat dari Stasiun Gambir jam 06.00. Untuk kalian yang gadgetnya lowbet terus saking aktifnya buat main Twitter atau Path tidak perlu khawatir, karena di sebelah masing-masing kursi di tiap gerbong sdah ada colokan listrik berisi 2 lubang yang bisa kalian gunakan untuk me- recharge baterai gadget kalian. Setelah menempuh kurang lebih 3 jam perjalanan, sekitar pukul 09.00 kereta yang kami tumpangi berhenti di Stasiun Cirebon.

Dasar memang kami belum pernah ke Cirebon, maka begitu turun di kota ini, kami langsung saja mengeluarkan smartphone kami masing-masing untuk foto-foto di dalam Stasiun Cirebon. Kebetulan di dalam komplek stasiun ini, terdapat beberapa spot yang menarik dijadikan tempat foto-foto, seperti misalnya tandon air bertuliskan Cirebon, atau di antara rel-rel jalur kereta api yang jumlahnya cukup banyak di stasiun ini. Bagian depan Stasiun Cirebon ini juga menarik dijadikan latar belakang foto, karena memang stasiun ini masih mempertahankan arsitektur bergaya art deco ala-ala bangunan Belanda pada umumnya.



  
Bergaya di dalam stasiun (dok.pribadi)

Berjalan keluar stasiun, tujuan pertama kami adalah mencari sarapan pagi. Dan dari hasil googling, maka kami memutuskan untuk mencari sarapan dengan menu khas Cirebon yaitu Empal Gentong.

Empal Gentong Warung Pukul Jabon

Salah satu tempat makan Empal Gentong yang terkenal di Cirebon adalah Empal Gentong Mang Darma, yang berlokasi di dekat Stasiun Cirebon. Sayangnya, karena hari itu adalah hari Pemilihan Umum Calon Legislatif, maka jadilah beberapa warung Empal Gentong di sekitar Stasiun Cirebon tutup. Untungnya masih ada salah satu warung yang buka yaitu warung Pukul Jabon (Pusat Kuliner dan Jajanan Khas Cirebon) yang posisinya di dekat pertigaan depan stasiun.
Rasa empal gentong disini lumayan menurut saya, dibandingkan empal gentong yang saya coba pada saat saya test food katering beberapa hari sebelumnya. Ya mungkin karena ini benar-benar asli Cirebon ya. Buat yang belum pernah tahu apa itu empal gentong, makanan ini terdiri dari daging sapi yang direbus bersama bumbu rempah dan santan. 

Kenapa ada nama gentong-nya?
Ya karena itu tadi, proses memasak daging bersama rempah dan santan dilakukan dengan menggunakan wadah gentong, bukan dengan wajan atau panci. Ini pula sepertinya yang menjadi alasan kenapa rasa empal gentong ini terasa lebih enak dan gurih.

Empal gentong ini disajikan bersama dengan cabe bubuk kering. Hati-hati sekali dalam menambahkan bubuk cabe ini ke dalam empal gentong kalian, karena ternyata rasa bubuk cabe ini sangatlah pedas di lidah dan membuat perut kita panas.

Empal gentong plus bubuk cabe nan pedas (dok.pribadi)


Selain empal gentong, warung Pukul Jabon ini juga menyajikan aneka panganan khas Cirebon seperti empal asem, nasi lengko, nasi jamblang, dll. Di warung ini juga menyediakan jajanan khas Cirebon yang bisa dipilih sebagai oleh-oleh khas, seperti misalnya sirup Tjampolay, aneka kripik, dll.
Rincian harga:
2 empal gentong + nasi putih : Rp. 17.000,-
2 teh manis hangat : Rp. 3.000,-

Usai menyelesaikan ibadah sarapan pagi, kami melanjutkan perjalanan kami menuju Keraton Kasepuhan. Sempat kami ditawarkan untuk menyewa mobil di warung Pukul Jabon, tapi kami tolak dengan alasan menyewa mobil hanya untuk dua orang rasanya sungguh sangat mubazir. Setelah tanya sana-sini, akhirnya kami memilih becak untuk mengantar kami menuju Keraton Kasepuhan.

Rabu, 02 April 2014

Melancong Seharian di Bogor

Hari libur paling ga enak itu kalo cuma tidur seharian di kasur sambil scrolling timeline Twitter. Berhubung pacar saya ingin liburan untuk ngilangin stress dan jenuh dengan Jakarta, maka jadilah kita akhirnya memutuskan untuk melancong seharian ke Bogor.

Ada beberapa alasan kenapa kami memilih Bogor sebagai tujuan kami. Salah satu alasan besarnya adalah karena kami belum berhasil mendapatkan tiket kereta api murah ke Cirebon. Jadi rencana awal kami adalah liburan ini kami ingin pergi ke Cirebon. Ide saya sih sebenarnya, karena saya menganggap Cirebon adalah tempat yang tidak terlalu jauh (mungkin sekitar 2-3 jam perjalanan) dari Jakarta, dan harga tiket keretanya masih di bawah 100 ribu. Ternyata dugaan saya salah. Karena saya baru melihat jadwal dan harga tiket kereta persis seminggu yang lalu, jadilah tiket dengan harga murah dibawah 100ribu habis semua. Yang tersisa tinggal tiket kereta jurusan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan harga 200-300 ribu. Buat saya sih sayang ya mengeluarkan duit segitu hanya untuk tiket kereta ke Cirebon.

Ada pilihan lain yaitu Bandung. Tapi karena liburan yang lalu, pacar saya sudah ke Bandung, maka kami putuskan untuk tidak menjadikan Bandung sebagai tujuan kami.

Dan setelah memikirkan beberapa hal termasuk soal biaya, dan waktu bangun tidur kami yang kesiangan, maka akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Bogor.

Kami memang bukan orang yang belum pernah ke Bogor. Saya sendiri di pekerjaan saya saat ini, sudah beberapa kali rapat di hotel-hotel sekitar Bogor. Sedangkan pacar saya sendiri baru saja minggu lalu mengajak anak-anak muridnya untuk field trip di Kebun Raya Bogor.

Setelah searching di Google mengenai referensi tempat wisata di Bogor, kami memutuskan untuk mengunjungi satu objek saja yaitu Kebun Durian Warso Farm yang terletak di Cihideung. 

Kenapa hanya satu objek yang kami jadikan tujuan?
Simpel alasannya, yaitu karena udah dijelasin di atas, kami berangkat dari kostan terlalu siang. Kami mulai beranjak dari kostan sekitar pukul 11 menuju ke Stasiun Sawah Besar. Sekitar pukul 13.00 baru kami sampai di Stasiun Bogor, setelah kurang lebih satu jam dikurung di dalam gerbong kereta yang katanya dilengkapi AC tapi yang terasa hanya seperti angin dari kipas angin. Padahal, kereta yang kami tumpangi penuh sesak dengan orang-orang yang menuju ke Bogor. 

Sampai di Stasiun Bogor, kami langsung menuju ke pintu keluar stasiun untuk mencari angkot 02 jurusan Sukasari - Bubulak. Dengan angkot 02 tersebut, kami menuju ke Ramayana atau Bogor Trade Mall untuk menyambung angkot lain. Sekitar 15 menit perjalanan, yang dikarenakan jalanan Bogor yang macet di depan Istana Bogor, kami sampai di Ramayana.

Dari Ramayana, kami berjalan ke arah pasar untuk naik angkot 04A jurusan Ramayana-Cihideng. Perhatikan baik-baik tulisan angka dari angkot yang akan dinaiki, karena kami sempat salah naik angkot. Ternyata angkot yang kami tumpangi bertuliskan 04A TH yang bertujuan ke Tajur Halang. Meski saya tak tahu dimana letak Tajur Halang, namun sepertinya Tajur Halang dan Cihideung tujuan kami jaraknya sangat jauh berbeda.

Ada tips satu lagi untuk yang ingin naik angkot 04A yaitu kita harus berjalan ke jalan arah pasar, ke arah berlawanan angkot 04A lewat. Kenapa? Karena permintaan penumpang terhadap ketersediaan angkot ini sangatlah tinggi. Sepertinya memang mobilitas orang-orang daerah Cihideung dan sekitarnya ke arah Bogor dan sebaliknya memang sangat tinggi.Kalau kalian hanya berdiri menunggu di pertigaan depan BTM, dijamin satu jam menunggu pun kalian tidak akan dapat tempat duduk.

Setelah sekitar 1 jam perjalanan dengan angkot 04A menyusuri mulai dari jalanan yang rusak di ujung Bogor Nirwana Resort, lalu jalanan rapi di sekitar JungleLand, hingga menuju jalanan pedesaan penuh liku naik turun dan jurang di beberapa titik, akhirnya kami sampai di tujuan kami, Cihideung. Dari pertigaan berhentinya angkot, kami berjalan sekitar 20 meter untuk menuju Kebun Durian Warso Farm. Dekat sekali bukan. :)

Dari informasi di internet, kebun durian Warso Farm adalah milik seorang pensiunan TNI AD bernama Soewarso Pawaka. Kurang lebih sekitar setengah dari luas keseluruhan Kebun Durian Warso seluas 8,5 ha ini ditanami bermacam jenis pohon durian yang jumlahnya sekitar 900 pohon dan terdiri dari 19 jeni dan 7 varietas unggul, yaitu Monthong, Lay, Petruk, Sunan, Si Mas, Tembaga. Dan lahan yang tersisa ditanami dengan pohon buah Naga, pohon nangka, buah jambu monyet, dan juga terdapat persawahan (Sumber : yoshiewafa).


Untuk mengitari kebun durian ini, kami butuh waktu sekitar 1,5 jam. Kok lama?
Ya karena selain lahannya yang luas, kami menghabiskan waktu 1,5 jam itu untuk foto-foto dan duduk-duduk di area kebun. Kalau kalian memang hobi foto narsis, tempat ini cocok banget kalau kalian ingin bikin foto narsis dengan tema "Kejatuhan Duren" atau "Bertarung dengan Buah Naga" :D.


Udara di area Warso Farm ini segar banget lho. Mungkin karena kebun ini terletak persis di bawah Gunung Salak dan area kebun ini memang rimbun akan pohon-pohon durian yang tumbuh disana-sini seperti jamur (lebayyy..).

Buat yang mau main kesana, saya sarankan untuk datang di musim panen durian. Info dari blog yoshiewafa ini sih katanya musim panen durian itu jatuh di bulan Desember s/d Mei, dan puncaknya pada bulan Januari s/d Maret. Tapi kalau kalian mau datang cuma buat liat-liat saja, bisa kok datang ke tempat ini. Pengunjung yang ingin menikmati sejuknya kebun durian ini tidak perlu mengeluarkan biaya untuk tiket masuk, karena pengelola Warso Farm memang tidak menerapkan sistem tiket masuk.

Oh iya, meskipun disini kita tidak diperbolehkan untuk memetik durian, tapi pengunjung masih bisa menyantap hidangan serba durian seperti es ketan durian, serabi durian, dll di warung dan kedai yang tersedia di area ini. Ada satu kedai di area dalam kebun, dan satu kedai di luar area kebun. Sepertinya ada satu kedai lagi di seberang kompleks kebun, tapi saya tak tahu pasti karena saya hanya melihat keramaian yang tampak seperti keramaian warung.

Kami tak sempat mencicipi makanan maupun minuman yang ada disini. Alasan pertama sih karena kami ingin makan di daerah pecinannya Bogor, yaitu Jalan Suryakencana. Alasan kedua ya karena budget jalan-jalan kami terbatas, jadi terpaksa kami menahan lapar untuk tidak makan di warung di area Warso Farm. Untuk mengganjal perut, kami pun membeli batagor seharga 5000 perak di dekat tempat pemberhentian angkot 04A. Lumayan menahan lapar. :)

Kami sampai kembali di Bogor sekitar pukul 17.30-an. Dengan semangat menggebu kami berjalan kaki ke daerah Jalan Suryakencana. Tak disangka, ternyata warung dan restoran ala pecinan di daerah tersebut sudah tutup ketika kami datang. Berhubung kami sudah sangat kelaparan, akhirnya pilihan perut kami jatuh ke warung Mie Ayam Gaya Tunggal, yang letaknya persis di depan Museum Zoologi.

Meski "sepertinya" yang terkenal disini adalah mie ayam jamurnya, tapi tak satupun dari kami yang memesan mie ayam. Pacar saya memesan menu nasi goreng, sedangkan saya memesan bihun kuah masak. Untuk minumnya, kami memesan es teh dan es lidah buaya.

Nasi goreng disini menurut saya rasanya biasa saja. Nasi yang digunakan kurang "pera" dan kurang cocok digunakan untuk nasi goreng. Untuk bihun kuahnya, rasanya sebenarnya cukup enak. Cuma ketika disajikan kepada saya, kuahnya tidak dalam keadaan panas. Padahal saya membayangkan akan bercucuran keringat menikmati bihun kuah yang panas dan pedas. Oh iya, pada saat menyantap menu saya, perut saya yang sedang maag sungguh tak bisa berkompromi. Akhirnya, saya hanya menyantap sedikit bihun kuah saya. Sisanya saya bawa pulang. Dan ketika di rumah saya panaskan lagi di atas kompor, plus saya tambah irisan cabe rawit, rasa bihun kuahnya jadi lebih maknyosss.
 

Kamis, 27 Maret 2014

Kalian HEBAT

Sudah beberapa minggu ini rasanya tangan dan otak saya buntu tak mau bekerjasama. Mungkin mereka saling marah dan saling menyalahkan mengapa tak pernah ada lagi tulisan hasil kerjasama mereka. Dalam rangka proses rujuk antara tangan dan otak saya, maka  saya memaksa mereka untuk kembali berkomunikasi dan berbicara untuk menghasilkan tulisan ini. Mungkin memang mereka harus saling mengenal kembali, agar saling menyayangi lagi *ealah* :).

Beberapa hari ini mendapat kabar gembira yang datang dari beberapa teman. Kabar gembira mereka yang akhirnya membuat saya gembira dan untuk selanjutnya merenung penuh perasaan.

Kabar gembira pertama saya dapatkan dari teman kuliah saya, sebut saja Aldo, yang akhirnya berhasil diterima menjadi Pengajar Muda Indonesia Mengajar angkatan VIII. Buat yang belum tahu, Indonesia Mengajar adalah sebuah program yang digagas oleh Anies Baswedan, dimana putra putri terbaik bangsa dipilih dan dikirim ke daerah-daerah pelosok di Indonesia. Disana para pengajar muda tersebut akan tinggal dan mengajar selama satu tahun penuh.
 
Berat? Ya seperti itulah keadaan yang saya bayangkan ketika dulu pertama kali mendengar tentang Indonesia Mengajar di tahun 2010. Membayangkan kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi oleh para pengajar muda yang mungkin terbiasa dengan kehidupan kota besar dengan segala kemudahan, lalu tiba-tiba harus berjuang mengatasi keterbatasan demi keterbatasan ketika mengajar di daerah dimana ia ditempatkan. 
 
Buat saya, teman saya Aldo ini sungguh punya keberanian karena ia rela meninggalkan pekerjaannya demi mengejar impiannya menjadi pengajar muda. Saya tahu memang masa depan pengajar muda setelah ikut program biasanya bagus. Adik salah satu teman kantor saya yang juga seorang pengajar muda angkatan III  baru saja mendapatkan beasiswa Erasmus Mundus untuk melanjutkan studi S2 di Eropa. 

Kabar gembira kedua datang dari teman SMA saya, sebut saja Alford. Jadi ceritanya beberapa hari yang lalu saya janjian ketemu dengan dua teman SMA saya yaitu Alford tadi dan Amri. Kalau dengan Amri sih memang saya masih sering bertemu atau sekadar bercerita di telepon. Nah, untuk Alford tadi, saya sudah lama tidak bertemu. Mungkin sudah sekitar 1,5 tahun kami tak bertemu atau berkomunikasi. 

Ketika dikabari bahwa Alford ini sedang proses tes untuk kerja di Jakarta, maka saya pun senang karena itu berarti kita jadi bisa sering bertemu lagi. Sama ketika saya dulu datang ke rumahnya untuk baca komik dan majalah film. Hehe.. Dan ketika saya tanya dia sedang tes dimana, ternyata teman saya ini baru saja diterima sebagai CPNS di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Wohooooo.....Keren.
 
Saya senang mendengar berita ini karena dia memang pantas untuk mendapatkan pekerjaan ini. Apalagi posisi jabatan yang ia lamar sudah sesuai dengan background S1-nya yaitu Teknik Elektro. Saya senang karena ia bisa dapat kesempatan lebih baik dalam pekerjaannya. 
 
Kabar gembira ketiga datangnya dari teman kuliah saya. Sebenarnya sudah lama saya dengar berita gembira ini. Kabar gembiranya adalah teman saya, panggil saja dengan Asto, diterima di Otoritas Jasa Keuangan, instansi keren yang tugasnya melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor IKNB. Saya belum sempat ketemu untuk berbincang-bincang dengan teman saya tentang bagaimana perjuangan dia mendapatkan pekerjaan ini. 
 
Apa moral of the story dari tulisan saya ini?
Bagi saya pribadi, di satu sisi saya senang dan bersyukur akhirnya teman-teman saya berhasil mendapatkan apa yang mereka perjuangkan. 
 
Kalian HEBAT.
 
Di satu sisi lain, ini mengingatkan saya untuk merenung lagi apa mimpi saya yang sepertinya saat ini dalam masa terlena dengan kenyamanan. Semoga saya bisa segera tersadar dan bisa memberi kabar gembira pada mereka.
 
Mari bangun dan mandi. :)

Senin, 03 Maret 2014

Perihal Mendengarkan Orang Lain dan Jodoh

Kalau judul di atas terlihat ingin bercerita tentang kisah jejaka atau gadis yang sedang galau masalah jodoh pasangan hidup gara-gara mendengarkan orang lain, kalian salah besar. Kali ini saya ingin bercerita mengenai kejadian yang saya alami kemarin siang.

Jadi ceritanya kemarin saya tengah mengantarkan pacar saya untuk mengikuti pelajaran Krisma di Gereja St. Yoseph Matraman. Setiap peserta, termasuk pacar saya, diwajibkan untuk membawa fotokopi Surat Baptis masing-masing. Nah, sayangnya Surat Baptis milik pacar saya ini belum sempat difotokopi. Berhubung saya pacar yang baik (Ya kan ya kan..:)), saya minta pacar saya untuk langsung menuju ruang kelas, sedangkan saya yang akan memfotokopi Surat Baptisnya. Disinilah cerita dimulai.

Begitu mulai mencari tempat fotokopi, saya tak mengira kalau perjalanan mencari tempat fotokopi ini akan lumayan lama. Saya tadinya berpikir, karena Gereja St. Yoseph Matraman berdekatan lokasinya dengan beberapa sekolah, maka pasti banyak tempat fotokopian di sekitar gereja.

Awalnya saya berjalan menuju ke jalan samping SMA Fons Vitae Marsudirini yang ke arah daerah Stasiun Pondok Jati.  Disitu saya mendekati tukang koran. Sembari membeli sebuah surat kabar, saya menanyakan dimana tempat fotokopi terdekat. Mas pedagang koran menjawab bahwa di dekat Stasiun Pondok Jati ada tempat fotokopi, "Cuma kalo hari minggu tutup mas", begitu katanya. 

Dia pun lanjut mengatakan "Mending Mas coba ke arah Jatinegara aja Mas."
 Oke. Berhubung saya tidak terlalu tahu daerah itu, saya pun menurut saja perkataan Mas pedagang koran tersebut dan berbalik ke arah Jatinegara.

Setelah berjalan kira-kira 20 meter dari arah tukang koran, saya mencoba bertanya pada seorang juru parkir yang tengah berdiri di depan mobil-mobil yang berjejer di pinggir jalan. Pertanyaan yang saya ajukan masih dengan format dan isi yang sama.

"Pak, numpang tanya. Tahu tempat fotokopian di sekitar sini gak Pak? Ke arah sana (saya menunjuk ke arah Jatinegara) ada ga ya Pak?"

"Disitu (si Bapak menunjuk ke arah Jatinegara) ada Mas. Cuma kalo hari Minggu tutup. Coba aja ke arah situ Mas (menunjuk ke arah jalan menuju Stasiun Pondok Jati). Di situ kayaknya ada."

Oke yang kedua. Saya bingung harus ke arah mana. Tapi dasarnya saya ini gampang banget dengerin pendapat orang lain, maka kaki saya pun saya arahkan kembali menuju jalan ke arah Pondok Jati sambil berharap petunjuk Bapak juru parkir tadi benar.
Berjalan 100 meter ke arah Stasiun Pondok Jati, saya menemukan sebuah warung. Tampak seorang Bapak tengah duduk disitu. Saya pun untuk ketiga kalinya menanyakan pertanyaan:

" Pak, tahu tempat fotokopi sekitar sini gak Pak? Katanya ke arah sana ada ya Pak (sambil tangan saya menunjuk ke arah Stasiun Pondok Jati"

Dan, tahu jawaban yang saya dapat dari Bapak itu?
"Disitu ada Mas (menunjuk ke arah yang tadi saya tanyakan), cuma kalo hari Minggu tutup biasanya. Coba aja mas cari ke arah Jatinegara"

Duarrrr.... Kesel sekaligus bingung. Mau cari dimana lagi kalo saya muter-muter disini terus. Dan, dasar memang saya orangnya "nurutan", saya pun berjalan ke arah Jatinegara. Hari sudah terasa sangat panas. Matahari seakan ikut memberi ujian kesabaran kepadaku. 

Setelah melewati Kantor Direktorat Peralatan TNI-AD, saya pun melihat seorang juru parkir di depan Mata Foto, dekat dengan Seven Eleven. Pikir saya daripada saya berjalan terlalu jauh tanpa tujuan, lebih baik saya bertanya pada juru parkir tersebut. Ternyata, setelah saya bertanya letak tempat fotokopi, juru parkir tersebut menunjuk ke arah gang di samping Mata Foto.

Titik terang. Itu pikiran saya ketika melihat memang ada beberapa tempat fotokopi dalam keadaan tertutup di gang tersebut. Memang sedari tadi saya hanya mendengarkan ucapan orang, tanpa memastikan apa benar tempat fotokopi yang dibilang tutup itu memang benar-benar tutup. Dan kini saya benar-benar melihat ada beberapa tempat fotokopi yang benar-benar tutup.  Saya terus berjalan menyusuri gang tersebut ke arah timur. Berharap di depan sana ada tempat fotokopi yang buka. Dan ternyata, setelah berjalan cukup jauh dari Jalan Matraman Raya, tak ada satu pun tempat fotokopi yang buka.

Sudah menyerahkah saya? Jujur saja saya sudah hampir menyerah. Terik matahari lagi-lagi menjadi alasan terkurasnya energi saya siang itu. Tapi, karena saya butuh (dan karena saya pacar yang baik,hehe..) maka saya putuskan untuk bertanya pada ibu-ibu yang sedang duduk di pinggir jalan, di depan sebuah tempat fotokopian yang tutup. 

"Bu, permisi. Apa di sekitar sini ada tempat fotokopian lagi ya Bu? Yang ke arah depan sana tutup semua."

Ibu itu menjawab, kurang lebih seperti ini:

"Iya Mas, disini tutup semua kalo hari Minggu. Coba Mas lurus aja lewat gang ini, lalu mentok belok kiri ke arah Stasiun Pondok Jati. Di depan stasiun itu biasanya ada tempat fotokopian yang buka di hari Minggu".

Titik terang lagi buat saya, meskipun kepercayaan saya akan omongan orang lain sudah  semakin pudar, mengingat sedari tadi gara-gara mendengar omongan orang lain, saya belum juga menemukan tempat fotokopi. Tapi, saya ya tetap saya. Daripada bingung mau kemana lagi, saya mengikuti saja apa saran dari Ibu beserta gengnya tadi.

Berjalan ke ujung gang, lalu berbelok ke kiri hingga ke arah Stasiun Pondok Jati. Mata saya melihat sambil memicingkan mata. Memastikan mata minus saya bisa melihat dengan jelas apa ada tempat fotokopi yang buka. Dan akhirnya.......

Sampai di persimpangan jalan dekat dengan kereta di dekat Stasiun Pondok Jati, saya menemukan sebuah tulisan "Foto Copy" di depan sebuah rumah. Segera saja saya menuju ke rumah tersebut untuk melihat apa tempat fotokopi di rumah ini buka atau tidak. Dan ternyata...........

Puji Tuhan ternyata tempat fotokopi tersebut buka. Tempat fotokopi dimana merupakan lokasi yang pertama kali ditunjuk oleh pedagang koran, orang pertama yang saya tanya. Akhirnya saya pun memfotokopi Surat Baptis pacar saya, dan segera kembali ke gereja.

Perihal Mendengarkan orang lain

Perjalanan saya yang saya ceritakan di atas tak mungkin terjadi sama persis jika saya tidak bertanya dan mendengarkan orang lain. Ada beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi. Saya bisa saja berjalan terus ke arah Jatinegara tanpa tahu dimana letak tempat fotokopi di daerah sana. Atau saya juga bisa saja lebih cepat menemukan tempat lokasi fotokopi tanpa bantuan orang lain.

Seeing is believing.

Pepatah seeing is believing seharusnya saya praktikan dalam kejadian ini. Terlalu banyak mendengarkan orang lain, tanpa ada usaha untuk benar-benar membuktikan omongan orang lain tersebut. Mungkin kalau saya pakai prinsip ini, maka saya seharusnya membuktikan omongan pedagang koran yang mengatakan bahwa tempat fotokopi (yang akhirnya menjadi tempat saya akhirnya bisa fotokopi) pada hari Minggu tutup. 
Terlalu mudah percaya. Saya memang orang yang sangat mudah percaya pada orang lain. Tak heran saya sedikit suka gosip, teori konspirasi atau cerita lain yang belum terbukti tapi sudah digembar-gemborkan kemana mana.

Jodoh Tak Lari Kemana

Ini pelajaran kedua dari kejadian ini, setelah perihal mendengarkan orang lain di atas.
Bagi saya, kejadian ini merupakan bukti bahwa jodoh itu tak lari kemana-mana, selama kita berusaha terus untuk mendapatkannya. Coba bayangkan jika saya tak berusaha terus untuk mencari  tempat fotokopi hingga dapat, meskipun harus berputar-putar. 

Ilustrasinya begini. "tempat saya akhirnya bisa fotokopi" merupakan jodoh saya untuk memfotokopi. Meskipun saya mendapatkan saran dari beberapa orang yang membuat saya memutar jauh, tapi saya tetap saja kembali ke jodoh saya yaitu "tempat saya akhirnya bisa fotokopi" tersebut. Betul kan :)

Senin, 24 Februari 2014

[Akber] Kelas AkberJKT “Digital Content Strategy” bersama Agung Puma (@AgungPuma)

Tema seputar dunia social media, digital agency beserta strateginya memang selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Hal itulah kenapa Akber Jakarta hari Kamis, 20 Februari 2014 yang lalu kembali mengadakan kelas dengan topik seputar dunia social media. Kali ini, tema yang dibahas adalah “Digital Content Strategy” alias Strategi Konten Digital. Dan, guru yang bersedia berbagi malam itu adalah @AgungpumA, seorang praktisi yang berpengalaman di bidang digital marketing.

Mas @AgungpumA mengawali kelas #AkberJKT6 yang malam itu bertempat di kantor Liputan 6 (@liputan6dotcom) dengan menampilkan beberapa slide yang menggambarkan data seputar dunia internet di Indonesia, mulai dari perbandingan jumlah populasi dengan jumlah pengguna internet di Indonesia, sampai data apa saja yang biasanya dibuka oleh pengguna mobile internet use.



Sebelum berbicara digital content strategy, Mas Agung menjelaskan tentang optimisasi social, yang secara singkat disinilah kita harus tahu apa manfaat social media bagi sebuah brand. Ada beberapa manfaat social media yang dijelaskan oleh Mas Agung, yaitu:
  • Social media sebagai alat untuk menyampaikan pesan kita di media online
  • Sebagai media untuk membangun branding dan membuat kita/brand dibandingkan dengan yang lain
  • Sebagai media untuk membangun network atau conversation
  • Untuk mempercepat penyebaran informasi tentang kita/brand
  • Karena sifatnya mengglobal, social media juga berperan sebagai global word of mouth



Definisi dari strategi konten itu sendiri dapat dilihat dari kata pembentuknya yaitu konten dan strategi. Konten adalah teks, data, grafik, audio atau video, sedangkan strategi adalah rencana yang dibuat yang bertujuan untuk mencapai hasil yang diinginkan (goal).

Terdapat 3 jenis konten yang diterangkan oleh Mas Agung: published content, reactive content, dan proactive content.
  • Published content, adalah konten yang kita buat sendiri yang bertujuan untuk memperkuat karakter brand kita.
  • Reactive content, yaitu konten yang dibuat untuk menanggapi konten lain ataupun isu yang sedang berkembang
  • Proactive content, yaitu konten yang secara proaktif berbagi, atau mempromosikan, yang diterbitkan di platform orang lain.

Berlanjut ke inti dari materi kelas ini, yaitu strategi konten, pada prinsipnya hanya ada 5 proses atau tahapan dalam strategi ini. Apakah 5 proses “Buat KAMU” yang menjadi satu kesatuan dalam strategi konten ala Mas Agung?

1. Buat
  • Konten untuk blog, email, video web, perangkat mobile, media sosial, dan properti online lainnya.
  • Bentuk panjang dan bentuk pendek teks, gambar, link, video, widget, presentasi, dan media online lainnya.
  • Semua konten yang dikembangkan berdasarkan rencana konten, dan dirancang untuk memenuhi tujuan dari inisiatif.
2. Kelola
  • Mengelola Team pembuat konten, team Internal, klien yang mengerjakan konten, dll
  • Kelola pengendalian mutu untuk setiap platform, memastikan bahwa semua konten web dioptimalkan dan diterbitkan mengikuti strategi yang terbaik.
  • Pastikan bahwa semua pekerjaan diciptakan, disetujui, dan diterbitkan pada waktu yang tepat dan sesuai strategi.
3. Amati
  • Memantau dialog pada platform Digital yang dimiliki, serta media lain pada umumnya untuk mengidentifikasi resiko dan peluang.
  • Pantau sentimen untuk tetap informasi tentang apa yang orang-orang pikirkan tentang brand kita secara real time.
  • Mengidentifikasi pengaruh, dan memelihara daftar influencer yang relevan dalam ruang Anda dari waktu ke waktu
4. Moderasi
  • Menanggapi dialog yang dituangkan dalam rencana konten.
  • Mengevaluasi dan mengajak user untuk berbagi konten pada platform yang dimiliki.
  • Mengidentifikasi dan mengevaluasi dialog brand kita pada platform eksternal.
  • Mengedit dan menyetujui konten yang masuk dari sumber eksternal.
  • Secara proaktif mempromosikan konten brand pada platform eksternal.
5. Ukur
  • Ukur hasil konten yang sudah dibuat dengan menggunakan alat pengukuran yang kredibilitasnya diakui.
  • Kontrol dan buat konten baru dari hasil pengukuran yang sudah dilakukan agar bisa menjadi acuan dalam membuat konten kedepannya
  • Satu pesan terakhir dari Mas Agung di akhir presentasinya. “ Social Media hanya sebagai alat, Konten adalah yang utama”. 


Foto-foto diambil dari dok.pribadi (@rbennymurdhani) dan @AkberJKT

Selasa, 18 Februari 2014

[Akber] Kelas AkberJKT “Financial Planning For All Ages" bersama Ligwina Hananto

Tepat tanggal 6 Februari 2014 yang lalu, AkberJKT menyelenggarakan kelas #AkberJKT4 dengan tema “Financial Planning For All Ages”. Bertempat di Kantor QM Financial, Jalan Jalan Ciranjang 63B (Gedung One Wolter), kelas #AkberJKT ini dihadiri sekitar 25 orang, termasuk para relawan AkberJKT.

Mba Ligwina Hananto, selanjutnya disingkat Mba Wina, memulai kelas dengan menjelaskan bahwa untuk memulai sebuah proses perencanaan keuangan, kita harus terlebih dahulu tahu kita ada di posisi mana: apakah kita masih single, newly wed, family, atau pensioner. “Karena kebutuhan seorang single pasti akan berbeda dengan seorang yang telah berada pada tahap family”, kata Mba Wina menjelaskan.

Prinsipnya, terdapat 3 kegiatan yang menjadi dasar dari sebuah Financial Planning, yaitu Manage your cashflow, Check up your financial condition, dan Learn about investment.

Dalam mengatur cashflow alias pemasukan-pengeluaran kita, Mba Wina memberikan 5 langkah sederhana yang harus kita lakukan segera setelah kita menerima gaji:

- Bayar tagihan kartu kredit

- Alokasi pengeluaran bulanan

- Beresin sedekah/zakat/bantu orang lain

- Investasi

- Sudah semua? Sisa uangnya diatur hingga gajian bulan depan

5 langkah tersebut dibuat Mba Wina berdasarkan urutan kewajibannya. Ia mencontohkan pengeluaran uang kost tiap bulan yang lebih penting daripada untuk investasi. Kan tidak mungkin bukan gara-gara mendahulukan investasi, akhirnya kita tidak bisa bayar uang kost atau kontrakan sehingga kita diusir dari kost atau kontrakan tersebut.

Mba Wina sempat memberikan tips untuk mengakali agar gaji tidak habis duluan dengan cara semua urusan pembayaran harus sudah selesai sebelum tanggal 5. Nanti dari pembayaran-pembayaran tersebut, sisa uangnya dibagi 4 untuk kebutuhan per minggu, jadi kita cukup ambil ke ATM seminggu sekali.

Setelah 5 langkah dalam Cashflow Management tadi, Mba Wina meneruskan ke bagaimana alokasi penghasilan kita. Pengeluaran kita apakah lebih besar daripada penghasilan kita atau tidak. Secara umum, komponen penghasilan bisa berasal dari hasil bisnis, gaji, sewa properti, dividen saham, kupon obligasi, bunga deposito. Sedangkan komponen pengeluaran kita terdiri dari cicilan utang, premi asuransi, rumah tangga, transportasi, anak, keluarga, pekerja, kesehatan, dan terakhir adalah kebutuhan pribadi, dengan presentase maksimal 30 % untuk cicilan utang, 20-40% untuk premi asuransi s/d kesehatan, dan 20 % untuk pribadi. Dari perhitungan antara penghasilan dikurangi pengeluaran tersebut bisa diketahui apakah cashflow kita positif atau negatif, atau masih adakah sisa uang untuk investasi.

Qucik Financial Check Up
Quick Financial Check Up

Salah satu materi yang cukup seru dibahas adalah ketika Mba Wina memberikan hasil hitung-hitungan dana pendidikan anak, mulai dari TK s/d S1. Untuk membuat perencanaan dana pendidikan anak, kita harus sudah tahu berapa saat ini biaya sekolah yang direncanakan untuk anak kita, lalu kemudian ditambah dengan total inflasi per tahunnya. Pesan Mba Wina, untuk jangka waktu dekat gunakanlah instrument investasi yang beresiko kecil, sedangkan untuk perencanaan jangka panjang instrument investasi dengan target return yang lebih besar, seperti reksadana saham, dapat menjadi pilihan.


Perhitungan Dana Pendidikan Anak 

Seperti biasanya, diakhir penjelasan materi, para peserta dipersilakan untuk bertanya kepada guru yang sudah mengajar. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah terkait dengan dana darurat, Mba Wina menjelaskan bahwa dana darurat itu dihitung dari dana pengeluaran bulanan dikalikan dengan jumlah pengali yang berbeda-beda tergantung “WHERE ARE YOU NOW” tadi. Untuk single 4 kali pengeluaran bulanan, menikah 6 kali, anak satu 9 kali, punya anak >1= 12 kali.


nb; tulisan ini juga dipublish di sini>> http://akademiberbagi.org/financial-planning-for-all-ages-bersama-ligwina-hananto-mrshananto/

Minggu, 12 Januari 2014

Kenapa Saya Suka Film Drama?



Bagi sebagian besar orang, terutama bagi kalangan pria, menonton film drama adalah hal yang sangat sangat sangat membosankan. Kenapa harus ada tiga kali kata “sangat”? Ya karena memang seperti itulah gambaran perasaan yang dialami kaum pria ketika harus menonton film drama. Dari lima orang teman pria di kantor saya yang saya tanya soal selera film, tak ada satu pun yang memilih genre drama sebagai pilihan mereka. Action, horror, fantasi, science fiction adalah jawaban yang muncul dari kelima teman saya tersebut.   

Kebanyakan pria memang tidak menyukai film drama dengan alasan film drama itu alurnya membosankan, tidak ada adegan “action”-nya (kalo ada namanya film action dong), isinya cuma nangis doang, menye-menye, dan segudang alasan lain yang membuat para pria tidak menyukai film drama. Apalagi ada anggapan bahwa film drama memang diciptakan untuk kaum wanita dan kaum “pria” berjiwa wanita.

Tapi sesuai dengan judul tulisan saya di atas, saya ingin mendeklarasikan bahwa 

“SAYA ADALAH PRIA PENYUKA FILM DRAMA”.

Saya bukannya tidak suka dengan film jenis action, horror, fantasi, science fiction atau genre film lainnya ya. Tapi dari jenis-jenis film yang saya tonton (dan saya simpan di laptop), saya memilih film drama sebagai jenis film favorit saya. Berikut dua alasan kenapa saya menyukai film drama?

1.     Ceritanya mungkin terjadi

Ini dia alasan pertama kenapa saya menyukai film drama yaitu karena cerita-cerita dalam film drama itu mungkin saja terjadi. Misal saja film Date Night yang baru saja tonton. Diceritakan bahwa pasangan suami istri yang kehidupan rumah tangganya membosankan hingga suatu malam, ketika mereka sedang makan malam di sebuah restoran, mereka mengalami kejadian dan masalah yang akhirnya membuat mereka harus melewati malam yang berat.

Atau film Role Model yang menceritakan bagaimana seorang pemuda yang kehilangan pekerjaan dan pacarnya secara bersamaan, hingga ia marah dan melakukan tindakan kriminal yang akhirnya membuatnya harus menjalani hukuman public service di sebuah yayasan penitipan anak.

Dih, apa menariknya film begituan?

Hey man. Apakah kamu yakin kamu tidak akan mengalami hal seperti itu suatu saat nanti? Mengalami kehidupan rumah tangga yang penuh dengan lika-liku? Atau mengalami PHK, masalah cinta, keluarga, dll?

Bagi saya. Setiap cerita di film drama itu mungkin terjadi di kehidupan kita. Menurut saya film drama itu gambaran kehidupan manusia yang terjadi di sekitar kita, atau bahkan kita alami sendiri. Bukankah lebih mungkin kita mengalami masalah di keluarga kita daripada kita dikejar-kejar oleh penyihir “You Know Who” alias Voldemort? Atau bagi anda mungkin lebih mungkin dunia ini diserang oleh alien robot seperti di film Transformer?

2.     Ada pelajaran yang bisa diambil

Bukan. Ini bukan mau ngomongin pelajaran sekolah. Ini masih ngomongin tentang film drama.

Kembali ke poin 1. Karena cerita dalam film drama itu mungkin saja terjadi, maka kita bisa membayangkan cerita itu terjadi dalam hidup kita dan mengambil hikmah atau pelajaran dari film drama tersebut. Misal di film Family Weekend yang menceritakan seorang anak yang terpaksa harus melakukan tindakan-tindakan ekstrim (seperti menyekap dan mengikat tangan) kepada orang tuanya karena selama ini orang tuanya tersebut tidak peduli terhadap keadaan anak-anaknya akibat kesibukan masing-masing orang tua. Akhir dari film tersebut adalah sang anak ditahan oleh polisi, namun hal tersebut membuat kedua orang tuanya sadar bahwa selama ini mereka sudah mengacuhkan keberadaaan anak-anaknya.

Pelajaran yang bisa diambil dari film tersebut bagi saya adalah bahwa jika nanti saya jadi orang tua (Amin..:)) saya harus memperhatikan dan merawat anak-anak saya kelak. Setiap orang pasti memiliki pandangan tersendiri terhadap hikmah apa yang bisa diambil dari sebuah film.

Memang sih tak hanya film drama yang member pembelajaran terhadap kita. Cuma bagi saya ya kembali ke poin no. 1. Jika kita susah membayangkan kejadian kedatangan alien atau kemunculan superhero di dunia ini benar-benar terjadi, bagaimana bisa kita mengambil hikmah dari film tersebut untuk kita jadikan pembelajaran bagi hidup kita.

Dua alasan di atas mungkin tidak cukup untuk meyakinkan bahwa seorang pria tidak harus malu untuk menonton film drama. Drama itu menarik lho dan mampu kita jadikan pembelajaran. Siapa bilang buku itu satu-satunya gudang ilmu. Film juga lho. Dari pengalaman pacar saya yang seorang guru, ternyata anak-anak lebih tertarik untuk belajar ketika media pembelajaran yang digunakan adalah video atau film, dibandingkan ketika mereka hanya diwajibkan membaca dan menghafalkan buku pembelajaran.

And the last sentences, tontonlah film drama yang memang bermutu. Sinetron-sinetron di Indonesia sih sebenarnya contoh cerita drama juga, cuma bagi saya itu cerita drama yang buruk. Alur cerita monoton, teknik pengambilan kamera yang seadanya, akting para artis yang kaku, dan segudang alasan lain yang membuat saya tidak menyarankan anda untuk melihat sinetron Indonesia.

Ok. Bye-bye….

Masa Pertumbuhan Kita

Kalian pasti pernah menerima ucapan dari teman atau saudara kalian dengan bunyi kira-kira seperti ini " Makan yang banyak ya. Kan lagi ...