Tampilkan postingan dengan label Review Film. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Review Film. Tampilkan semua postingan

Senin, 15 Juli 2013

Review Film "Pacific Rim" : Monster Melawan Robot Penghancur


sumber gambar: http://en.wikipedia.org/wiki/Pacific_Rim_%28film%29

Judul film: Pacific Rim
Durasi : 132 menit
Pemain:
Charlie Hunnam, Idris Elba, Rinko Kikuchi, Charlie Day, Rob Kazinsky, Max Martini,
Ron Perlman
Sutradara: Guillermo del Toro
Tahun: 2013

Ringkasan:

Pacific Rim ini bermula dari kemunculan Kaiju di bumi. Kaiju sendiri adalah sebutan yang diberikan kepada monster dengan ukuran raksasa yang menyerang bumi. Melihat bahwa teknologi di bumi belum mampu mengalahkan Kaiju, maka bersatulah negara-negara di dunia untuk membuat sebuah senjata jenis baru. Mereka menciptakan sebuah "monster" alias robot raksasa yang disebut dengan Jaeger, guna mengalahkan monster tersebut. Setiap satu Jaeger dikendalikan oleh dua orang yang disebut pilot.

 Awalnya satu persatu Kaiju yang muncul dari dasar lautan yang disebut "lubang terobosan" itu dapat dikalahkan oleh para Jaeger yang tersebar di beberapa daerah atau negara. Namun, lama-kelamaan, ternyata Kaiju yang muncul menyerang bumi semakin meningkat kekuatannya. Hal tersebut membuat para Jaeger pun terpaksa kalang kabut menghadapi para Kaiju, dan alhasil para Jaeger pun satu persatu rusak dan dikalahkan oleh Kaiju. Pentecost (Idris Elba) sebagai pemegang kendali proyek Jaeger pun akhirnya berencana menghancurkan "lubang terobosan" dengan didukung oleh 4 Jaeger yang tersisa. Berhasilkah rencana Pentecost dalam menghentikan kedatangan Kaiju?

Komentar:

Film ini pas banget ditonton kalau kalian memang ingin merasakan keseruan pertarungan antara Jaeger vs Kaiju. Sayangnya, beberapa adegan drama yang sedianya menjadi pemanis di film ini, menjadi nilai minus untuk film ini. Dialog-dialog antara Raleigh Becket (Charlie Hunnam) dan Mako Mori (Rinko Kikuchi) terdengar sangat kaku dan cenderung dipaksakan.

Akhir cerita filmnya sudah bisa saya tebak dari awal cerita. Ya memang untuk film dengan pemisahan tokoh jahat dan baik yang sangat jelas, di film ini si jahat adalah Kaiju dan si baik adalah manusia dan Jaeger, akhir cerita sudah pasti berakhir dengan kemenangan di pihak baik. Tapi tenang, meski sudah bisa menebak akhir ceritanya, kalian pasti masih penasaran dong adegan-adegan bagaimana para Jaeger mengalahkan para Kaiju. Membuat saya ingat masa kecil saya saat menonton film Ultraman, dimana sang Ultraman bertempur melawan monster yang ingin menghancurkan bumi.

Selamat menonton. :)

Senin, 21 Januari 2013

Review Film (Asal-asalan): We Bought A Zoo (2011)

Sumber gambar: disini

 

Judul : We Bought A Zoo (2011)

Sutradara: Cameron Crowe

Pemain: Matt Damon, Scarlett Johansson and Thomas Haden Church


Resensi
 
Film ini dimulai ketika seorang penulis dan petualang, Benjamin Mee kehilangan istrinya yang meninggal karena suatu penyakit, dan meninggalkan dua orang anak, Dylan dan Rossie. Kehilangan figur seorang istri sekaligus ibu menjadikan waktu Benjamin lebih banyak dihabiskan untuk kedua anaknya tersebut. Bahkan bosnya di kantor pun hendak memindahkan Benjamin dari divisi liputan-liputan penuh petualangan nan berbahaya, ke divisi yang 'tanpa petualangan'. Sifat Benjamin yang haus petualangan inilah yang akhirnya membuat Benjamin menolak tawaran Bosnya tersebut itu, dan malah membuat ia mengundurkan diri dari tempat kerjanya tersebut.

Selepasnya dari pekerjaannya sebagai penulis dan petualang, Benjamin kembali fokus kepada keluarganya. Keinginan untuk melupakan kenangan-kenangan bersama istrinya membuat ia bertekad untuk menjual rumah yang ia tempati sekarang, dan mencari rumah yang tepat untuk memulai sebuah "kehidupan baru". Pencarian inilah yang membawanya untuk membeli sebuah rumah di sebuah desa yang berjarak jauh dari kota, yang ternyata rumah yang ia beli tersebut tersebut adalah sebuah kebun binatang bernama Roosemoor Wildlife Park. 

Petualangan pun dimulai, karena ternyata kebun binatang tersebut ditutup karena dianggap tidak memenuhi standar keselamatan sebuah kebun binatang. Benjamin Mee yang buta sama sekali dalam dunia bisnis kebun binatang pun segera dihadapkan dengan berbagai masalah yang ada di kebun binatang tersebut, seperti seorang harimau bernama Spar yang sakit, kandang yang sudah rapuh, persediaan makanan yang menipis, dan masalah-masalah lainnya. Tekad kuat Benjamin Mee untuk menyelesaikan masalah-masalah dan membuka kembali kebun binatang tersebut pun ternyata harus dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa keuangan Benjamin semakin menipis kian hari.

Dapatkah keinginan Benjamin Mee untuk membuka kembali Roosemoor Wildlife Park dapat terwujud? Jika penasaran ingin tahu bagaimana akhir cerita dari film ini, nonton sendiri dong.hehe...

Review (Asal-asalan)

Film "We Bought A Zoo" adalah sebuah film biografi dari seorang Benjamin Mee. Film ini memang mengangkat sebuah kisah nyata bagaimana seorang Benjamin Mee "menghidupkan kembali" sebuah kebun binatang yang tutup, hingga akhirnya kebun binatang tersebut ramai dikunjungi dan bahkan mendapat berbagai perhargaan atas metode yang dipakai di kebun binatang ini. *oh oke. ada spoiler*
Sebenarnya tanpa saya memberi tahu akhir cerita film ini, penonton pun pasti sudah pasti bisa menebak akhir dari cerita ini. Tapi menurut saya, seperti halnya sebuah petualangan, yang membuat menarik dari film ini bukanlah akhir ceritanya, tapi kejadian-kejadian yang terjadi sepanjang film inilah yang menurut saya menarik untuk disimak.

Banyak pelajaran dan pesan-pesan yang tersebar di sepanjang film. Sebut saja pelajaran mengenai pentingnya sebuah tekad dalam mewujudkan mimpi. Sebuah mimpi memang seringkali susah untuk diwujudkan karena untuk mewujudkannya kita harus menghadapi berbagai masalah yang datang bertubi-tubi. Itulah yang saya lihat dari perjuangan Benjamin Mee dalam membuka kembali kebun binatang yang memiliki banyak masalah.

Ada satu catatan menarik mengenai bagaimana cara kita menghadapi ketakutan ketika akan berusaha mewujudkan mimpi. Dalam film ini, ada pelajaran bahwa saat kita ingin meraih sesuatu dan kita merasa kesulitan, kita hanya perlu "20 detik keberanian". Penasaran dengan "20 detik keberanian" yang saya maksud, yuk yuk yuk nonton film ini.

Cerita apa lagi ya. 
Oh iya. Saya tidak akan memberi komentar tentang akting para aktor dan aktris yang bermain dalam film ini, karena menurut saya film ini bagus-bagus saja. Paling saya hanya ingin berkomentar mengenai tokoh Rossie, anak bungsu dari Benjamin Mee, yang menurut saya kok sikap dan perkataannya (ceileh...) terlalu dewasa ya untuk anak berusia 7 (tujuh) tahun.

Oh iya, bagi yang penasaran dengan kebun binatang yang diceritakan dalam film ini, bisa buka link ini >> http://en.wikipedia.org/wiki/Dartmoor_Zoological_Park

Jadi, sekian review asal-asalan saya. Terima kasih sudah membaca.

Selasa, 25 Desember 2012

Demi Ucok, Antara Mimpi dan Kasih Orang Tua



Judul film: Demi Ucok
Tanggal rilis : 3 Januari 2013
Durasi : 79 menit
Sutradara: Sammaria Simanjuntak
Cast : Geraldine Sianturi, Mak Gondut, Saira Jihan, Sunny Sun


"Keberhasilan orang Batak itu ada 3 ukurannya, yaitu bisa menikah dengan orang Batak, punya anak Batak, dan punya menantu orang Batak."

Sebutlah seorang gadis bernama Gloria Sinaga (Glo), yang beprofesi sebagai seorang sutradara. Sejak film pertamanya sukses, karirnya seolah terhenti, dan film keduanya tak kunjung jadi juga karena tak ada produser yang mau membiayai film keduanya tersebut.Ia bermimpi film keduanya ini harus lebih sukses dan lebih serius digarap daripada film pertamanya.

Di sisi lain, ibunya yang bernama Mak Gondut terus memaksa dirinya untuk segera menikah dengan seorang Batak. Bahkan, Mak Gondut pun mengimingi-imingi dana produksi filmnya, asalkan Glo mau segera menikah dengan seorang pria Batak.

Apakah Glo akan berhasil mendapatkan produser yang akan membiayai filmya? Atau malah ia harus menerima tawaran Mak Gondut dan akhirnya menikah dengan pria Batak?

***

Membahas film ini, banyak sekali hal yang ingin saya bahas dalam review saya ini. Yang pertama adalah ternyata film Demi Ucok ini didukung oleh 10.000 co-producer (co-pro). Jadi, sejak tanggal 22 Desember 2011 yang lalu, tim Demi Ucok yang dikomandani Sammaria Simanjuntak sebagai producer, writer sekaligus director ini mulai melakukan pengumpulan dana dari sebesar Rp. 100.000 tiap co-pro dengan target sebesar 10.000 co-pro. Setiap co-pro akan mendapatkan sebuah souvenir dan nama mereka akan muncul dalam poster film.

Dan ternyata dari gerakan itu, tim Demi Ucok berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp. 251.487.000,00, yang digunakan untuk proses mastering dan distribusi hingga film ini dapat tayang di bioskop-bioskop di Indonesia.

Menarik bukan fakta tersebut....:))

Hal menarik yang kedua adalah meski film Demi Ucok ini baru premiere tanggal 22 Desember 2012 kemarin (saya berkesempatan hadir dalam acara tersebut..hehe), dan akan rilis di bioskop-bioskop tanggal 3 Januari 2013 (3-1-13, tanggal cantik bukan...), ternyata film Demi Ucok ini berhasil mendapatkan 8 nominasi dalam ajang Festival Film Indonesia 2012 yang lalu, dan berhasil mendapatkan 1 penghargaan kategori Pemeran Pendukung Wanita Terbaik untuk akting Mak Gondut.


Hal menarik ketiga, di film ini sang sutradara pun ikut bermain dalam film, plus tambahan cameo dari beberapa orang yang saya rahasiakan namanya. Ya biar pada penasaran dan jadi pada nonton gitu.

Jadi, buat yang tertarik tahu sekelumit kehidupan keluarga Batak, atau ingin melihat bagaimana sebuah film yang dibuat dengan dukungan dari 10.000 co-pro ini akhirnya rilis (setahu saya konsep seperti ini baru pertama kali di Indonesia), wajib datang ke bioskop-bioskop terdekat di kota Anda pada tanggal 3 Januari 2013.

Fakta menarik:
- Ternyata Mak Gondut adalah ibunda asli dari sang sutradara, Sammaria Simanjuntak.

Selamat menonton dan selamat tahun baru 2013...

*terima kasih untuk @detikHot untuk undangan premierenya yang saya menangkan dari kuis di twitter.
 



Sabtu, 18 Agustus 2012

Review Film #1 : The Cabin In The Woods

Sumber gambar dari sini



Judul film: The Cabin in the Woods
Tanggal rilis : 13 April 2012
Durasi : 95 menit
Sutradara: Drew Goddard
Cast : Anna Hutchison, Bradley Whitford, Brian White, Chris Hemsworth, Fran Kranz, Jesse Williams, Kristen Connolly, Richard Jenkins
 






Jujur pertama kali liat poster film ini di bioskop 21, saya langsung penasaran seperti apakah cerita film The Cabin In The Woods ini. Bayangan saya adalah sebuah film tentang sebuah rumah di tengah hutan yang berisi peri-peri hutan. Dan bayangan saya hilang seketika karena begitu saya selesai menonton film ini di laptop saya tercinta (Yap...karena sampai sekarang pun di situs resmi Cinema21, film The Cabin in The Woods ini masih ada di kolom COMING SOON.), ternyata film ini bergenre horror thriller semi khayal.

Inti cerita film ini sederhana sebenarnya, yaitu mengenai 3 orang pemuda, yaitu Curt (Chris Hemsworth), Holden (Jesse Williams), Marty (Fran Kranz), dan 2 orang pemudi, yaitu Jules (Anna Hutchison), Dana (Kristen Connolly), yang memutuskan untuk berlibur dan bersenang-senang di sebuah pondok di tengah hutan di sebuah bukit, dimana tidak ada sinyal komunikasi sama sekali. Dan disanalah, hal-hal aneh pun terjadi satu per satu terhadap mereka. 

Apakah sebenarnya yang terjadi pada mereka dan siapakah dalang dibalik kejadian-kejadian yang menimpa mereka? (Rahasia dong. Kan seorang movie reviewer dilarang kasih spoiler...hehe)

Sesuai judulnya, hampir sebagian cerita film ini berlangsung di hutan, dimana memang menurut saya, setting hutan memang sangat cocok untuk sebuah film horror thriller. Rasa takut yang muncul dari setiap tokoh memang benar-benar terkuras habis pada saat kejadian demi kejadian berlangsung di dalam hutan yang gelap di sekitar pondok. 

Sumber gambar dari sini

Plot cerita mengalir begitu saja  (kronologis). Mungkin tipikal film horror thriller memang seperti itu ya karena lebih menekankan pada ketegangan-ketegangan yang terjadi pada para tokohnya. Sepanjang film, saya berusaha menebak-nebak twist apa yang bakal ada dalam film ini karena dari awal film sampai menit 60, belum ada sesuatu yang membuat saya harus bicara WOW. Datar dan standar menurut saya. Tapi begitu memasuki menit 60 ke atas, tagline film ini yaitu "You think you know the story. Think again" mulai sedikit demi sedikit terjawab. Pokoknya setengah jam terakhir menurut saya menjadi bagian yang paling menarik dari keseluruhan film ini.
Secara subjektif, saya memberi nilai 6 untuk film ini, karena meski genrenya adalah horror thriller, bagi saya film ini tidak seram sama sekali. Wajar si karena ada beberapa review lain dari film ini yang mengkategorikan film ini sebagai film horror komedi. Tapi jangan harap menemukan adegan-adegan konyol seperti film Scary Movie ya. Ending dari film ini yang membuat saya mengkategorikan film ini juga termasuk film semi khayal. hehe...

NB: 
Ini review film pertama saya yang saya usahakan tanpa memberi spoiler.hehe... Selamat membaca

Masa Pertumbuhan Kita

Kalian pasti pernah menerima ucapan dari teman atau saudara kalian dengan bunyi kira-kira seperti ini " Makan yang banyak ya. Kan lagi ...