Selasa, 23 Oktober 2012

Dua Puluh Kata



 Museum Fatahillah di kala minggu memang begitu ramai disesaki para pengunjung. Ditambah terik matahari di luar sana yang membuat suasana siang ini di tempat ini menjadi sangat panas.

Selembar kertas ini masih kupegang di tanganku. Kertas berisi dua puluh kata yang sedari tadi membuat aku dan 2 orang anggota timku kebingungan mengartikannya. Sudah hampir seperempat jam, kami berusaha mengotak-atik dua puluh kata ini, berusaha mengartikan petunjuk kemana dan dimanakah pos kedelapan alias yang terakhir dalam perlombaan ini.

Ya, Jakarta Eight Race, itulah lomba yang saat ini aku dan timku sedang ikuti. Sudah dari pagi tadi kami berputar-putar di sekitar Jakarta. Mulai dari Ancol, Bundaran HI, Pasar Baru, Stasiun Jatinegara, Ragunan, Monas hingga saat ini kami sudah ada di pos ketujuh di Museum Fatahilah Kota Tua. Dan setelah tadi tim kami menyelesaikan tantangan di pos ketujuh ini, sekarang petunjuk dimana pos kedelapan itu ada di dua puluh kata ini.

AKU BERDIRI MENJULANG KE LANGIT.
BERSIAP MENGARUNGI ANGKASA.
DULU AKU TERLIHAT GAGAH.
KINI AKU TERJEPIT DI ANTARA KUDA-KUDA BERLARIAN.

Itulah dua puluh kata petunjuk dimana letak pos kedelapan.

“Sepertinya kita harus ke bandara Soekarno Hatta kawan. Lihat saja kata-kata bersiap mengarungi angkasa. Itu menandakan pesawat bukan?”, kata Yoga, salah satu anggota timku.

Aku mengangguk-angguk kecil. Berusaha mencerna perkataan Yoga dengan logika, sembari menatap kedua puluh kata petunjuk itu.

“Eits tunggu dulu, Bill. Kalau memang yang dimaksud itu pesawat, berarti ada dua kemungkinan tempat yang harus kita datangi. Halim atau Soekarno Hatta. Gimana menurutmu Rob?”, tanya Gery kepadaku.

Aku berpikir sejenak. Berusaha berpikir keras agar jangan sampai kami pergi ke arah yang salah.
“Emm..masuk akal si kalau mengartikan aku ini sebagai pesawat. Tapi aku masih bingung dengan kata-kata kuda ini. Memang di Halim ataupun Soekarno Hatta masih banyak kuda?”

Kedua temanku hanya diam mendengar perkataanku. Mungkin ada benarnya juga kata-kataku tadi dan membuat mereka semakin bingung.

Kulihat panitia yang tengah memberikan tantangan kepada tim lain yang baru saja datang. Melihat sudah ada tim lain yang datang, aku sebagai pemimpin di timku ini menjadi semakin gugup karena bisa saja tim lain bisa lebih cepat mengartikan petunjuk dan segera menuju ke pos kedelapan. Dan itu artinya, kesempatan kami untuk memenangkan perlombaan berhadiah uang tunai 50 juta ini semakin kecil.

Gery tiba-tba berkata kepadaku. Mengembalikan pandanganku untuk fokus ke anggota timku.
“Rob, bukannya kuda itu bisa diartikan mobil ya. Kuda besi. Gimana Yog, bisa tidak seperti itu?”

“Betul juga kamu Ger. Jadi gimana, kemana kita Rob. Soekarno Hatta atau Halim?”, tanya Yoga lagi kepadaku.

Aku masih terdiam menatap kertas ini. Kata-kata Yoga dan Gery tadi masih melayang-layang di otakku. Berusaha mencari petunjuk lain yang bisa memastikan dimana lokasi pos kedelapan.

ANGKASA, GAGAH, TERJEPIT, KUDA, MOBIL...

Aku memejam sejenak. Mencoba mengingat-ingat dan menerka dimana kiranya pos kedelapan itu. Aku masih membayangkan apa ada pesawat yang terjepit di antara mobil-mobil...

“Tunggu dulu teman-teman. Aku masih berpikir, apa mungkin ada pesawat terjepit di antara mobil di kedua bandar udara itu.”, kataku pada timku.

Gery dan Yoga hanya mengganguk kecil. Aku yakin perkataanku tadi malah membuat mereka semakin bingung.

AKU, ANGKASA, GAGAH

“Angkasa ya”, pikirku.
“Aku...angkasa...Emm..”
Aku masih membayangkan kata AKU ini adalah orang. Sama seperti waktu kami menemukan pos di Bunderan HI dimana petunjuknya adalah KAMI BERDUA MENYAMBUT ANDA. DI TENGAH LINGKARAN AIR YANG INDAH.

“Superman kali ya Rob..hehe”, celetuk Yoga kepadaku.
“Huss...Jangan becanda kamu Yog. Robi lagi mikir serius tuh..”, kata Gery pada Yoga.

Aku kembali menatap kertas petunjuk itu.
“Aku tahu kita harus kemana kawan. Aku sudah tahu dimana pos kedelapan itu.”

Yoga berkata.
“Wah hebat Rob. Memang menurutmu dimana pos kedelapan itu?”

Aku tersenyum kepada kedua teman timku ini
“Pos kedelapan itu ada di Patung Pancoran kawan.”

“Kok bisa Rob. Kan tidak ada pesawat disana?”, tanya Gery.
Sudah kuduga ada yang bertanya seperti itu.

“AKU disini berarti orang. Dan ketika tadi Yoga nyeletuk soal Superman, aku langsung berpikir tentang manusia angkasa. Dan kamu tahu, manusia angkasa itu adalah sebutan untuk Patung Pancoran.”, kataku menjelaskan pada mereka.

Yoga bergantian bertanya.
“Terus apa artinya TERJEPIT DI ANTARA KUDA-KUDA BERLARIAN” Rob ?

“Nah, KUDA itu memang benar artinya mobil. Aku pernah lihat foto kawasan Patung Pancoran itu di tahun 1966, dimana memang patung itu menjadi terlihat menjulang tinggi gagah. Tapi lihat sekarang kawan, sekarang patung tersebut terjepit oleh jalan layang dan jalan tol dimana mobil-mobil melaju di jalan layang dan tol itu. Betul kan teman-teman?”

Kedua temanku mengangguk mendengar penjelasanku. Wajah gembira terpancar dari senyum  mereka
“Mantaaaappp Robi. Aku malah tidak berpikir sampai situ. Betul juga ya. Patung Pancoran memang sekarang sudah terjepit di antara jalan dan menjadi tidak terlihat gagah lagi.”, kata Yoga.

“Yasudah kawan. Hayo kita langsung saja pergi kesana saja.” ajakku pada Yoga dan Gery.

Kami pun segera bergegas menuju pos kedelapan. Sudah terbayang di otakku bahwa kami akan memenangka Jakarta Eight Race ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa komentarnya ya....:))

Masa Pertumbuhan Kita

Kalian pasti pernah menerima ucapan dari teman atau saudara kalian dengan bunyi kira-kira seperti ini " Makan yang banyak ya. Kan lagi ...