Rabu, 17 Oktober 2012

(Bukan) Tangisan Seorang Lelaki

(BUKAN) TANGISAN SEORANG LELAKI

Malam itu Pantai Kuta terasa begitu sunyi bagiku. Kesedihan hatiku seakan membuatku merasa sendiri di pantai yang bahkan saat malam hari pun ramai dikunjungi orang. Aku tak peduli apa anggapan orang yang melihatku menangis dari tadi.

***
 8 bulan sebelumnya


“Maya, tipe cowok idaman kamu seperti apa sih”, tanyaku kepada sahabatku Maya.

“ Aku suka cowok yang tinggi, cakep dan pinter. Ya seperti Reza Rahardian gitu lah”, jawab Maya dengan wajah berseri-seri.

“Kalo kamu, Van?”, ia balik bertanya kepadaku

Gelas yang ada tanganku sedikit bergoyang. Kutarik nafas dalam-dalam. Pikiranku mencoba menerawang. Mencoba mencari dan mereka-reka kriteria cowok idaman seperti apa yang biasanya diidam-idamkan oleh para wanita normal. Ya, wanita normal. Bukan seperti aku, wanita yang menyukai sesama wanita. Dan wanita yang kusukai itu adalah sahabatku sendiri, Maya, yang kini ada di hadapanku.

“Emm...ya sama kok kayak kamu. Yang putih, tinggi, dan tampangnya cakep.”, jawabku asal.

“Wah saingan dong kita ya Van. Semoga saja jodohku nanti sesuai dengan kriteriaku cowok idamanku. Amin Ya Tuhan..”

“Ngarep banget kamu May.”, kataku sambil menjitak kepalanya. Maya pun membalas dengan hal yang sama. Dan tawa di antara kami berdua menjadi penghangat malam ini.

“Aku sayang kamu May, dan aku berjanji akan membantu kamu mewujudkan mimpimu itu”, ucapku dalam hati.

Amin..Ya Tuhan.

****

“Kamu memang brengsek Van. Gak nyangka kamu setega ini membohongiku aku.”, bentak Maya kepadaku. Perlahan terdengar isak tangis dari dirinya. Seketika itu juga tubuhku terasa berat sekali. Semua pengorbanan yang aku lakukan selama ini untuk Maya telah sia-sia.

“May, tapi aku ngelakuin ini semua buat kamu. Aku sayang kamu. Aku jadi seperti ini juga demi kamu”, jawabku. Isak tangisnya tak berhenti. Ingin rasanya memegang dan memeluknya, tapi kini aku bahkan takut hanya untuk menyentuh dirinya. Aku takut karena aku telah membuatnya kecewa.

“Tapi kenapa Van kamu harus ngelakuin ini. Kenapa kamu harus sampai mengoperasi dirimu dan datang kepadaku kembali dalam sosok Ivan Wijaya.”

Lanjutnya
“Dan kenapa aku bisa mencintai seorang Ivan Wijaya, tipe pria idamanku,  yang ternyata adalah Vania Susanto, sahabat wanitaku sendiri..”

Aku hening mendengar dan menerima semua lampiasan kemarahan dan kesedihan Maya. Wanita yang benar-benar kucintai sepanjang hidupku, dan kini sedang berdiri di hadapanku. Menangis dan marah karena segala perbuatan yang telah kuperbuat kepadanya.

“Mulai saat ini, hubungan persahabatan atau apapun itu, selesai sampai disini. Jangan kejar aku dan hubungi aku lagi. Aku menganggap tidak pernah mengenal Vania Susanto atau Ivan Wijaya di dalam hidupku.”

Selesai mengucap hal tersebut, Maya berlari ke pinggir jalan di tepian pantai Kuta ini. Tak lama kulihat sosoknya telah masuk ke dalam taksi berwarna kuning yang lalu membawanya pergi.

Aku hanya terdiam mematung. Kakiku terasa berat untuk melangkah dan mengejarnya. Lidahku pun kelu, bahkan untuk sekedar berteriak memanggil namanya.

Ya, aku Ivan Wijaya alias Vania Susanto, telah kehilangan cinta yang ia kejar selama ini. Cinta yang telah membuatku melakukan operasi kelamin, dari seorang wanita menjadi seorang pria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa komentarnya ya....:))

Masa Pertumbuhan Kita

Kalian pasti pernah menerima ucapan dari teman atau saudara kalian dengan bunyi kira-kira seperti ini " Makan yang banyak ya. Kan lagi ...