Rabu, 01 Februari 2012

Kopi Tubruk


 "Mbak, kopi tubruknya satu ya. Gulanya sesendok aja.", suara itu membuyarkan lamunanku siang ini.
"Iya Mas, kayak biasanya kan.", jawabku.

Tak lebih dari lima menit, telah kusiapkan secangkir kopi tubruk dengan asap mengepul tanda panas. Dengan nampan warna merah favoritku, kusajikan kopi tubruk itu kepada dia, pelanggan setiaku.

Perlahan, kulihat dia mulai menyeruput kopi buatanku yang katanya paling enak di dunia.

"Hmm..Mbakyu Mbakyu, kopimu ini memang paling enak di dunia. Rahasianya apa to?",
katanya segera setelah menyesap kopiku.

"Ah, gak ada rahasia apa-apa kok Mas. Mungkin karena yang bikin manis kayak saya sih, jadi kopinya ikut-ikutan manis", candaku menimpali.

Tawa kecil menyungging di bibirnya
"Hehe...Mbakyu ini ada-ada saja. Minta digodain ni..hehe".

"Hehe...Emang beneran kok mas.hehe.."
"Mas, tak tinggal ke dapur dulu ya. Aku mau cuci piring dan gelas..", kataku padanya, sembari berjalan ke arah dapur warungku.

Kubereskan bungkus-bungkus kopi dan mie instant yang menumpuk di dapurku, dan kumasukkan ke keranjang sampah. Setelah bungkus kopi dan mie instant habis kubuang, kubuka kotak warna merah di samping rak piring.
Kupegang botol kecil yang ada di dalam kotak tersebut.

"Ramuan dari Mbah Marmo emang bener-bener manjur. Sekarang dagangan kopi dan mie rebusku jadi laris manis.".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa komentarnya ya....:))

Masa Pertumbuhan Kita

Kalian pasti pernah menerima ucapan dari teman atau saudara kalian dengan bunyi kira-kira seperti ini " Makan yang banyak ya. Kan lagi ...