Kamis, 16 Februari 2012

Aku Takut

Hari hampir menjelang malam. Kulirik jam di tanganku.
“Sudah pukul 20.30, tapi ni boss masih belum ada tanda-tanda mau pulang”, gerutuku dalam hati.
Kunyalakan lagi sebatang rokok untuk mengusir rasa bosanku di ruang ini. Sudah 12 batang rokok yang telah kuhisap malam ini.Untungnya AC di kantor sudah dimatikan dan atasanku di kantor adalah seorang perokok juga, jadi aku bisa bebas menyalakan rokok.

Tak ada tanda-tanda Pak Joni, atasanku, akan segera pulang. Dia masih tampak serius di dengan tumpukan kertas di depannya sambil sesekali menggaruk-garuk kepalanya sendiri. Kadang lengan bajunya dia gunakan untuk mengelap peluh di dahinya.

Tiba-tiba, Pak Joni beranjak dari kursinya. Dia mendekati kursiku.
“Hei Rud, angka-angka ini sudah kurubah. Nanti kau perbaiki di komputer ya”, kata Pak Joni, dengan logat Sumateranya yang kental, kepadaku.

“Iya Pak....Siap...”, jawabku sambil menerima kertas penuh angka-angka bernilai uang dengan coretan bolpoint merah disana-sini.

Ya inilah nasibku sebagai seorang bendahara anggaran di sebuah instansi pemerintahan. Sebuah kepercayaan yang diberikan atasan, yang bagiku seperti menerima buah simalakama. Di satu sisi, aku bertanggungjawab kepada atasanku dan berusaha jangan sampai adanya temuan bila laporan anggaran di tempatku diperiksa oleh BPK ataupun KPK. Tapi, di sisi yang lain, hati nuraniku sering diperkosa karena apa yang aku lakukan dalam pekerjaanku seringkali tidak sesuai hati nuraniku.

“Sudah tenang saja. Nanti ada tambahan buat kau kalau tahun ini kita lolos dari BPK atau KPK”, kata Pak Joni lagi sambil menepuk pundakku.

Aku hanya terdiam, menunduk dengan pandangan kosong pada kertas yang sedang ku genggam dengan kedua tangan. Sebentar menghela nafas panjang, kemudian berlalu ke meja kerjaku. Membereskan semua file-file kerja yang akan kubawa pulang, kulanjutkan dirumah.
Tak lama aku dan Pak Joni berjalan beriringan, melewati lorong demi lorong kantor yang sudah cukup sepi, karena memang jam pulang kerja sudah berlalu sejak tadi. Mataku terasa perih, jenuh dengan layar komputerku sejak pagi. Dengan banyak angka-angka selalu membuatku muak. Namun, tetap saja itu harus kucintai, karena tangung jawabku pada pekerjaanku. Aku tak banyak bicara, hanya memain-mainkan batang rokok yang berada dalam selipan jari-jariku.

“ Aku selalu mempercayaimu, selalu puas dengan hasil-hasil kerjamu. Aku juga tahu, kamu selalu teliti dalam mengerjakan apa yang aku bebankan padamu, terima kasih “, katanya padaku sebelum kami berjalan dengan arah yang berbeda. Rasa dihatiku tetap melawan untuk tidak menerima semua pujiannya, karena itu tidak membuatku bahagia sedikitpun.

Gerimis mulai datang, membuat tanah yang kini tertimbun aspal dan semen-semen kaku menjadi basah, daun-daun dari pohon beringinpun sesekali menari indah, mengembangkan diri karena tertiup angin berhembus kencang.

“ Ini salah, ini tidak benar. Aku tidak seharusnya membantu kesalahan, ini bodoh. Aku sama saja sepertinya, licik dan kotor..”, gumamku.

Aku berjalan perlahan menelusuri setiap trotoar jalanan ini, hari sudah gelap sekali namun tidak menjadikan kota besar ini menjadi gelap, selalu dipenuhi dengan lampu-lampu yang indah. Tidak pernah mati, kota ini selalu hidup setiap waktu bahkan detik. Setiap sudut kotanya selalu memiliki cerita-cerita tersendiri, tentang kerasnya hidup dan perjuangan untuk menjadi yang terbaik. Semua akan menjadi halal dan benar disini, dengan alasan sebuah kehidupan. Seperti yang sedang kulakukan, meski hati tak menginginkannya. Namun tuntutan hidup memaksaku melakukannya dengan senang hati.

Nafasku semakin sesak, entah karena banyaknya rokok yang sudah kuhabiskan. Ataukah dengan apa yang sedang kukerjakan.

*) BPK = Badan Pemeriksa Keuangan
KPK = Komisi Pemberantasan Korupsi   


 Ditulis bersama oleh saya (@rbennymurdhani) dan @OdetRahma untuk #20HariNulisDuet Hari Keempat dengan tema "Kepercayaan".
NB: Baru bisa keposting setelah lama tertahan di komputer.Hore..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa komentarnya ya....:))

Masa Pertumbuhan Kita

Kalian pasti pernah menerima ucapan dari teman atau saudara kalian dengan bunyi kira-kira seperti ini " Makan yang banyak ya. Kan lagi ...