Minggu, 17 November 2013

Diplomasi Pacaran Ala Amerika Serikat

Privasi
“pri•va•si n kebebasan; keleluasaan pribadi: orang dapat menyewa kamar tanpa kehilangan –“
Sumber: kbbi.web.id

Sumber gambar: http://ictwatch.com/internetsehat/wp-content/uploads/2012/10/privasi.jpg

 Akhir-akhir ini dunia internasional tengah heboh dengan berita bahwa Amerika Serikat menyadap saluran telekomunikasi, baik telepon maupun email, dari beberapa pemimpin negara, yang tak lain adalah negara-negara yang selama ini menjalin hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat . Tak pelak hal tersebut memicu kemarahan dari beberapa pemimpin dunia, di antaranya Presiden Brazil Dilma Rousseff yang langsung membatalkan kunjungan kenegaraannya ke Amerika Serikat di bulan Oktober lalu (dan entah kenapa SBY yang juga menjadi salah satu pemimpin negara yang disadap malah tak bereaksi apapun…).

Mengapa kasus penyadapan seperti ini (sudah seharusnya) memicu kemarahan para pemimpin dunia?

Saya memang bukan pengamat intelijen ataupun militer, politik dan hal-hal yang berat lainnya. Namun saya mencoba untuk membayangkan konteks penyadapan yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap para pemimpin dunia, menjadi dalam sebuah konteks hubungan pacaran.

Bagaimana perasaan kamu seandainya kamu masih sedang dalam tahap pacaran, namun pacar kamu ternyata setipe dengan Amerika Serikat. Dengan dalih ingin hubungan kalian lancar dan bahagia, pacar kamu mencoba “memata-matai” kamu. Mungkin caranya tidak akan secanggih National Security Agent milik Amerika Serikat, yang menggunakan teknologi dan alat-alat yang canggih. Hal yang biasa dilakukan oleh pacar tipe Amerika Serikat yang “insecure” itu biasanya adalah mereka rajin mengecek handphone kamu, meminta semua username dan password akun social media yang kamu punya, dan setiap kamu pergi kemana pun tanpa dia kamu harus wajib setor foto dimana kamu sedang berada.

Pacaran menurut saya adalah masa dimana kita belajar untuk saling percaya terhadap pasangan kita, sebelum kita memasuki masa pernikahan. Dan menurut saya lagi, hubungan yang saling percaya itu harusnya justru membuat kita mampu memberi kebebasan bagi pasangan kita, termasuk di dalamnya adalah tetap member dia privasi terhadap kehidupan pribadinya. Saya pribadi termasuk cowok yang belajar untuk memberi kepercayaan terhadap pasangan saya dengan cara tidak membuka handphone pasangan saya tanpa izinnya atau mengawasi setiap “status” Facebook, atau kicauannya di twitter.

Kenapa saya melakukan itu terhadap pasangan saya?

Karena saya sendiri pasti akan merasa risih dan merasa privasi saya terganggu seandainya pacar saya mengawasi setiap status FB dan kicauan twitter saya, atau mengecek setiap SMS atau email yang masuk ke handphone saya. Bagi saya, seandainya pasangan saya melakukannya, itu artinya dia tidak percaya sepenuhnya terhadap diri saya. Dan menurut saya, melakukan tindakan “memata-matai” seperti itu sudah sangat berlebihan.

Nah, kembali ke judul tulisan ini.
Kalau kamu saja marah dan tidak suka jika pacar kamu “memata-matai” privasi kamu, apalagi dengan para pemimpin negara yang aktivitas telekomunikasinya disadap oleh Amerika Serikat. “Privasi” yang kamu miliki sebagai pribadi mungkin hanya berpengaruh terhadap dirimu saja, namun bagi seorang pemimpin negara, “privasi” yang dia miliki itu berpengaruh bagi negara yang dipimpinnya. Bisa saja “privasi” itu berupa kebijakan militer, politik, ekonomi, dan kebijakan-kebijakan lainnya yang masih bersifat rahasia dan penting.  Perilaku penyadapan yang dilakukan Amerika Serikat itu bagi saya artinya Amerika Serikat tidak percaya terhadap negara-negara sahabatnya. 

Jadi, seandainya pacar kamu juga memata-matai dan menyadap aktivitas telekomunikasi kamu seperti halnya Amerika Serikat, apa yang kamu lakukan? Protes atau diam saja?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa komentarnya ya....:))

Masa Pertumbuhan Kita

Kalian pasti pernah menerima ucapan dari teman atau saudara kalian dengan bunyi kira-kira seperti ini " Makan yang banyak ya. Kan lagi ...