Selasa, 26 Februari 2013

WANGTANPHOBIA



Sore itu, di deretan bangku depan Gedung Perpustakaan Pusat Unsoed, aku dan temanku Benny tengah asyik saling bercerita. Lebih tepatnya, akulah yang banyak bercerita tentang kehidupan cintaku yang terasa cukup rumit.

“Gimana dengan Vina anak paduan suara itu Mik. Lo gak tertarik sama dia. Cantik lho dia.”, tanya Benny kepadaku.

“Gue bingung Ben. Gue jujur aja tertarik sama Vina. Apalagi dia anaknya baik dan perhatian banget sama gue. Tapi.....”, kata-kataku terputus. Mencoba menahan kenangan pahit yang masih saja menyesaki dada ini.

“Tapi kenapa Mik.”

Kuhela nafasku. Ada beban luka yang membuat bibirku ini seperti berat untuk mengucap.

“Parfum Vina, Ben. Parfum Vina itu sama banget dengan yang dipake Nadia. Dan itu yang bikin gue selalu takut untuk jalan maupun hanya sekadar berdekatan sama Vina, karena tiap kali gue cium aroma parfum itu, bayangan Nadia selalu muncul di kepala gue. Dan itu membuat hati gue sakit tiap kali inget Nadia.”

Benny menatapku sembari mulutnya tersenyum kecil.

“Gue sedih kok lo malah ketawa Ben”, tanyaku.

“Hehe. Lo itu sekarang lagi kena sindrom wangtanphobia tuh”, kata Benny, sembari cengengesan.

“Apaan tuh wangtanphobia. Baru denger gue. Ada juga tuh claustrophobia, philophobia, altophobia. Emang apaan tuh wangtanphobia?, tanyaku dengan kepala penuh dengan rasa penasaran.

“Lo beneran mau tau Mik? Ciyusss...”, ledeknya.
“Wangtanphobia itu wangi mantan phobia. Yaitu phobia yang menyebabkan seorang yang baru putus dari pacarnya merasa takut apabila bertemu dengan wanita lain yang menggunakan parfum dengan aroma yang sama dengan parfum mantannya. Sekian penjelasan Profesor Benny ya.”

“Sialan lo Ben. Ada ada aja kelakuan lo buat ngledekin gue”, kataku sembari meninju pelan lengannya.

“Gue ngomong gini biar lo juga ketawa, Mik. Udahlah Mik. Lupain kebencian lo sama Nadia. Toh dia sekarang udah senang-senang sama Angga, cowok brengsek itu.”, cerocos Benny menasehatiku.

“Nadia dan Vina itu dua cewek yang berbeda, meskipun mereka pake parfum yang sama. Jadi jangan pernah samakan Vina dengan Nadia gara-gara hal itu. Inget itu Mik”

“Iya Bapak Mario Benny Teguh. Terima kasih atas motivasinya. Super sekali memang Bapak ini.”, ledekku begitu mendengar kata-kata Benny. Tumben sekali dia bisa berkata-kata bijak bak seorang motivator.

“Ah..Sialan lo Mik.”, katanya sembari menjitak kepalakku.

Kata-kata Benny tadi kusimpan di kepalaku untuk selalu kuingat.
“Nadia dan Vina itu dua cewek yang berbeda, meskipun mereka pake parfum yang sama. Jadi jangan pernah samakan Vina dengan Nadia gara-gara hal itu. Inget itu Mik”

***
Siang itu, kuarahkan sepeda motorku ke Gedung Pusat UKM Unsoed. Hari itu, Vina sedang ada latihan paduan suara. Aku kali ini ingin memberanikan diri untuk mengajaknya makan malam.

Suasana Gedung Pusat UKM Unsoed sore itu tampak ramai. Jumat sore di tempat ini memang selalu ramai oleh para pegiat kegiatan kemahasiswaan. Aku sendiri bukan termasuk tipe orang yang suka berkegiatan  dan berkomunitas.

Begitu aku selesai memarkir motorku, pandanganku langsung menyapu seluruh sudut gedung ini. Mencari-cari dimana Vina, yang sesuai katanya melalui SMS, tadi sedang latihan paduan suara disini.

“Oh itu dia.”
Mataku berhenti pada satu makhluk manis yang kelihatan berbeda sekali dibandingkan teman-temannya di paduan suara itu. Sore itu, Vina mengenakan kaos biru muda dengan bawahan jeans warna hitam. Rambutnya yang diikat hingga leher putihnya terlihat benar-benar membuatnya semakin terlihat manis di mataku.

Kulambaikan tanganku ketika dia tiba-tiba melihat ke arahku. Dia tersenyum, sembari memberi kode  kepadaku agar aku membuka ponselku.

Sebuah SMS masuk ke ponselku. Segera kubaca isi pesan singkat tersebut.

From: Vina (+628002899201)
Aku selesai latihan 30 menit lagi. Yang sabar ya nunggunya. J

Kuketikkan balasan SMS dari Vina tersebut.

To: Vina (+628002899201)
Jangankan 30 menit Vin, 30 tahun pun akan kutunggu. :P Selamat nyanyi

Kutekan tombol kirim di ponselku. Segera kualihkan mataku kembali ke Vina. Terlihat dia tersenyum-senyum sembari menatap layar ponselnya. Wajahnya terlihat sedikit memerah.
Jatuh cinta memang membuat orang rela melakukan hal-hal yang mungkin terlihat bodoh bagi orang yang sedang tidak terjangkit kasmaran, termasuk yang kulakukan sore ini. Duduk terdiam menatap cewek pujaannya yang sedang latihan paduan suara, selama tiga puluh menit, tanpa melakukan hal lain apapun.

Kulihat latihan paduan suara telah selesai. Setelah menyalami teman-temanya di paduan suara tersebut, Vina segera berjalan menuju ke arahku.

Jantungku berdegup kencang ketika Vina telah ada di sebelahku.
“Maaf ya lama nunggunya. Lagian kamu ini datangnya kecepetan si, jadinya malah bengong nungguin aku setengah jam.”, kata Vina kepadaku.

Aku tak langsung menjawab. Aroma itu. Aroma parfum Vina-lah yang membuat pikiranku tiba-tiba menjadi tidak fokus. Bayangan Nadia muncul sekelebat di alam bawah sadarku.

“Mik, kamu gak apa-apa kan. Kok kamu diem gitu?”, Vina mengguncangkan badanku.

Guncangan dari Vina tadi mengembalikan kesadaranku.

“Eng..enggak apa-apa kok Vin. Aku baik-baik aja.”, jawabku.

Aku terpaksa berbohong. Tak mungkin aku berkata jujur bahwa alasanku kenapa aku kehilangan konsentrasi adalah karena begitu aku mencium parfum yang Vina kenakan, membuatku ingat akan mantanku Nadia yang juga memakai parfum dengan aroma yang sama.

Namun mata Vina sepertinya menangkap sebuah keganjilan di sorot mataku.
“Kamu jangan bohong Mik.  Ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari aku. “

Bibirku kelu mendengar ucapan Vina barusan. Tak kusangka dia menangkap gelagat anehku.
Tapi, apa harus aku ceritakan semuanya. Aku takut Vina akan menjauh dariku kalau aku mengungkap semua kepadanya.

“Ya sudah Mik kalau kamu memang tak mau jujur sama aku”, kata Vina dengan nada kecewa. Segera dia melangkahkan kakinya hendak pergi dari hadapanku.

Tanganku segera mengayun memegang pergelangan tangan Vina.
“Vin..tunggu. “

****
bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa komentarnya ya....:))

Masa Pertumbuhan Kita

Kalian pasti pernah menerima ucapan dari teman atau saudara kalian dengan bunyi kira-kira seperti ini " Makan yang banyak ya. Kan lagi ...