Rabu, 04 September 2013

Jalan-Jalan ke Museum Taman Prasasti Jakarta

Sebenarnya sudah lama sekali saya ingin berkunjung ke museum ini. Sayangnya, selalu saja hal-hal yang membuat rencana saya untuk berkunjung ke sana selalu gagal. Dan, akhirnya, setelah sekian lama menunggu dan penasaran, hari Sabtu tanggal 24 Agustus 2013 kemarin saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke museum ini.

Museum ini ada di Jalan Tanah Abang 1, Petojo Selatan, Jakarta Pusat. Letaknya persis di sebelah Kantor Walikota Jakarta Pusat. Buat yang mau naik kendaraan umum, ada dua cara yang bisa kalian gunakan:
  1. Kalian bisa menggunakan transportasi bus Transjakarta. Kalian tinggal naik bus Transjakarta jurusan Blok M - Kota. Trus kalian tinggal turun di Halte Monas. Dari situ kalian tinggal jalan kaki sekitar 500 meter saja. Atau kalau kalian gak mau jalan, kalian bisa naik ojek dari depan Museum Nasional. Cukup bayar 10 ribu saja biasanya.
  2. Atau kalau kalian dari arah Gajah Mada, kalian bisa naik mikrolet 08 jurusan Tanah Abang - Kota. Kalian naik mikrolet 08 yang ke arah Tanah Abang, dari samping Gajah Mada Plaza. Nanti kalian bilang ke abang angkotnya "Bang, turun di Kantor Walikota Jakarta Pusat ya". Setelah turun, kalian tinggal jalan ke arah museum ini. Ongkosnya sekitar Rp. 3.000 - Rp. 3.500.
 Untuk masuk ke museum, saya harus membayar tiket masuk seharga Rp. 5000. Untukanak-anak dan pelajar, harga tiket lebih murah. Sayangnya saya lupa untuk mencatat berapa harga pastinya.

Begitu memasuki area museum, kesan pertama yang saya dapatkan adalah "Wowwwww...keren banget museum ini". Di dekat pintu masuk saja, saya sudah menemukan patung dan nisan yang begini.



"Nisan..????" "Jadi saya kesini cuma buat liat nisan doang??"

Eits jangan salah. Nisan yang menjadi koleksi museum ini adalah nisan-nisan abad ke-16, ke-17 dan ke-18, dan bentuk nisan-nisan yang ada disini tak seperti nisan-nisan yang kita lihat jaman sekarang ini. Jadi kalian tidak bakal merasa mengunjungi Tanah Kusir deh. :) 

Berdasarkan info yang saya dapat dari leaflet yang diberikan pada saat saya membeli tiket masuk, museum ini memang benar-benar didirikan di bekas pemakaman kuno yang telah beroperasi sejak tahun 1795. Pemakaman ini kemudian ditutup tahun 1975 dan dipugar, hingga kemudian resmi digunakan sebagai museum pada tahun 1977 (Gubernu DKI Jakarta kala itu adalah Bapak Ali Sadikin).

Ini dia foto-foto nisan dan patung yang berhasil saya jepret:




Sayang sekali nisan-nisan ini dijadikan pijakan di tanah






Ada dua makam yang menarik bagi saya. Yang pertama adalah makam Kapiten Jas. Berdasarkan info yang ada di internet, semua jenazah yang dimakamkan di tempat ini sudah dipindahkan semuanya, kecuali milik Kapiten Jas ini. Masih info dari internet juga, katanya makam Kapiten Jas ini masih sering didatangi orang-orang yang ingin mendapatkan berkat, terutama berkaitan dengan kesuburan. Entah mitos ini benar atau tidak, saya sendiri kurang tau juga. hehe...:)

Makam Kapiten Jas
Nisan kedua yang menarik bagi saya adalah nisan milik Soe Hoe Gie, seorang aktivis kemahasiswaan yang sangat terkenal di era periode akhir Orde Lama. Kisah kehidupan Soe Hoe Gie sendiri pernah difilmkan di tahun 2005. Saya sendiri sih belum menonton film tersebut.

Nisan Soe Hoe Gie
Rata-rata keadaan nisan yang ada di museum ini masih belum terawat dengan sempurna. Seperti pada salah satu foto di atas tadi, beberapa nisan dibiarkan tergeletak tak beraturan dan dijadikan tempat pijakan kaki. Tapi itu belum seberapa parah, sampai ketika kaki saya melangkah ke deretan nisan di bagian belakang.





Di bagian belakang area museum ini, beberapa nisan dan patung (gambar di atas) terlihat dicorat-coret dengan menggunakan cat semprot. Sungguh disayangkan sekali mengingat nisan-nisan yang ada disini merupakan bukti sejarah dari abad ke-16, ke-17 dan ke-18. Saya sempat mengobrol dengan salah satu petugas yang sedang membersihkan cat semprot yang ada di salah satu nisan. Beliau berkata bahwa cat semprot ini susah sekali untuk dihilangkan karena catnya sudah terserap ke dalam batu nisan yang rata-rata terbuat dari marmer.

Secara keseluruhan, museum ini punya potensi untuk lebih dikembangkan. Mengingat jenis museum yang menghadirkan nisan-nisan kuno dari jaman kolonial menurut saya masih sangat jarang. Ada beberapa catatan saya yang menurut saya harus dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta (ya kali dibaca ye...:P ) :
  • Tanaman-tanaman yang ada perlu dirapikan lagi, karena di beberapa sudut malah alang-alang dan semak-semak terlihat lebih dominan.
  • Kebersihan di tempat ini juga masih sangat kurang. Masih banyak tumpukan dedaunan yang sepertinya dibiarkan saja tak dibersihkan.
  • Perlu ada pengawasan dari petugas untuk area museum bagian belakang. Kata petugas kebersihan yang saya ajak ngobrol, seringkali banyak anak sekolah yang memanjat pagar belakang, merokok di area museum, dan mencorat-coret nisan yang ada disitu.
  • Perlu ada keterangan singkat dari setiap nisan yang dipajang. Jadi setidaknya kita bisa mengetahui siapa orang yang sedang kita lihat nisannya itu.

7 komentar:

  1. ih, keren... belum pernah ke sana. sayang banget itu dicoret-coret :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wajib banget prie buat kesana.
      Iya sayang banget warisan sejarah gini ga terawat dengan baik.

      Hapus
  2. hi, will drop by jakarta in may.. this one will be on top of my lists...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Need a tour guide to enjoy this museum, just contact me.
      Thanks for reading.

      Hapus
  3. orang indonesia bener2 ya gak bisa menghargai sejarah..
    tangan nya jahil..

    BalasHapus
  4. Malam min salam kenal ^_^
    Semoga peninggalan ini tetap terjaga.

    Salam Indonesia.

    BalasHapus

Jangan lupa komentarnya ya....:))

Masa Pertumbuhan Kita

Kalian pasti pernah menerima ucapan dari teman atau saudara kalian dengan bunyi kira-kira seperti ini " Makan yang banyak ya. Kan lagi ...