Rabu, 05 September 2012

Di Ujung Bandara

sumber: Pinterest
  
Karena terkadang, kita harus merelakan orang yang kita cintai pergi meninggalkan kita
Agar ia bisa terbang mengejar mimpi-mimpinya.
Karena cinta juga soal keikhlasan..

***

"Mario memang tak pernah benar-benar mencintaiku", kataku dalam hati.
"Jika memang dia benar-benar mencintaiku, harusnya ia bisa melawan keinginan orang tuaku yang memaksaku melanjutkan kuliah di luar negeri. Tapi lihat sekarang, bahkan mengantar kepergianku saja tidak."

Kesedihan bercampur rasa kesal menyesaki batinku. Kesedihan karena aku terpaksa harus berpisah dengan Mario, lelaki yang sudah kupacari tiga tahun ini. Lelaki yang menemani hari-hariku di dalam suka maupun duka. Dan kini, segala impian bersama kami untuk menikah dan membangun keluarga bahagia harus pupus karena orang tuaku memaksaku untuk melanjutkan studi di London, Inggris.
 
Sepi aku menyendiri
Diantara keramaian
Bersamamu menemani
Dipenghujung hari


"Ayo Martha, bersiap-siap. Ada tidak barang-barang yang lupa kaubawa"? kata Mamaku.
Kugelengkan kepalaku sebagai jawaban. Aku sedang tidak ingin berbicara dengan Mamaku.

"Yasudah kalau begitu. Jangan sampai ada barang-barangmu yang ketinggalan di Indonesia." Suara mama tak kuabaikan sama sekali.

Mungkin hati tak ingin pergi
Bila kau yang menahan diri
Tak terdiam,tak membisu
Lepas sudah aku meragu

Jangan sampai hati
Biarkan aku pergi
Tersentak dan terlewati
Masa yang terindah disini


Kutatap lalu lalang orang di terminal 2 Soekarno Hatta ini. Ada sepasang lelaki dan perempuan yang tampak mesra. Tertawa dan tersenyum bahagia. Tampaknya mereka adalah pasangan pengantin baru yang akan pergi ke luar negeri untuk berbulan madu.

"Andai saja aku dan Mario bisa seperti mereka. Entah aku dan Mario bisa bersatu lagi atau tidak"

"Andai saja Mario datang disini dan memintaku untuk tidak pergi, aku pasti tidak akan pergi. Aku pun pasti akan melawan keinginan orang tuaku. Tapi nyatanya.... Bahkan sekadar telepon saja tidak"

Tanpa sadar, perlahan air mata keluar merembes dari sudut mataku. Pelan menuruni pipiku.
"Mario...kenapa kau tak menahanku untuk pergi."

"Perhatian perhatian. Penumpang Qatar Airways Nomor Penerbangan QR 761 dipersilahkan untuk bersiap-siap untuk boarding."

"Martha, ayo kita mengantri. Kita sudah akan boarding.", suara Mama mengingatkanku.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tubuhku beranjak dari tempat duduk. Kuikuti Mamaku yang berjalan menuju pintu antrian boarding.

"Selamat tinggal Indonesia. Selamat tinggal Mario...", bibirku mengucap perlahan.

***

Kuamati sosok wanita yang sedari tadi tampak lemas dan tak bersemangat di ujung ruang tunggu penumpang terminal 2 ini.

"Martha. Semoga saja kamu bisa meraih segala cita-citamu di London sana. Ingin sekali rasanya aku berlari memelukmu dan memintamu untuk tidak pergi.", batinku.

"Tapi aku tak ingin egois dengan menahanmu pergi dan kamu gagal meraih cita-citamu."

Katakan sesuatu untuk menahanku
Jangan diam kau membunuh
Langkahmu menjauh
Mengapa kau tak menahan ku pergi saat cinta terbang kau sampai hati
Mangapa kau tak menahan langkahku dibandara ini

Aku menyadari aku tak berarti
Kau tak lagi sedih ku tinggal pergi dibandara ini



Ditulis untuk #30HariLagukuBercerita.
Terinspirasi dari lagunya Ribas - Bandara
CC; @ekaotto dan @sunoesche

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa komentarnya ya....:))

Masa Pertumbuhan Kita

Kalian pasti pernah menerima ucapan dari teman atau saudara kalian dengan bunyi kira-kira seperti ini " Makan yang banyak ya. Kan lagi ...