Tampilkan postingan dengan label seleksi beasiswa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label seleksi beasiswa. Tampilkan semua postingan

Minggu, 08 Juli 2018

Berapa Biaya Mendapatkan Beasiswa?

Banyak orang yang berkata bahwa modal untuk mendapatkan beasiswa adalah niat, semangat, fokus dan hal-hal lain yang sifatnya intangible. Semua hal tersebut memang harus dimiliki oleh seorang pejuang beasiswa. Namun di tulisan saya kali ini, saya ingin sedikit berbagi modal uang yang mungkin harus kalian siapkan ketika mulai berpikiran untuk berburu beasiswa untuk studi ke luar negeri.

1. Biaya Untuk Persyaratan Bahasa Inggris

Tidak bisa dipungkiri salah satu syarat yang pasti ada di setiap beasiswa luar negeri adalah persyaratan bahasa Inggris. Biasanya, penyelenggara beasiswa mempersyaratkan kita untuk menyampaikan bukti kemampuan bahasa Inggris. Untuk universitas atau beasiswa untuk studi ke Eropa dan Australia, syarat yang diminta biasanya berupa sertifikat IELTS terbaru, sedangkan untuk studi ke Amerika Serikat, TOEFL menjadi persyaratan yang wajib ada.

Untuk kalian yang sudah merasa jago bahasa Inggris, itu berarti kalian tinggal ikut saja tes IELTS di beberapa penyedia tes IELTS seperti IDP, British Council, atau IALF. Untuk sekali tes, kalian harus menyiapkan dana sekitar Rp 2.500.000,00 - Rp 3.000.000,00. Sebagai informasi, bulan Maret lalu ketika saya ikut tes IELTS, biaya yang harus dibayarkan adalah Rp 2.850.000,00. . 

Buat kalian yang bahasa Inggrisnya ga jago-jago banget, itu artinya kalian perlu persiapan yang lebih panjang. Belajar bahasa Inggris bisa kalian lakukan secara otodidak atau ikut les di lembaga bahasa. Saya sendiri dulu pertama kali tes IELTS di tahun 2014, dan sebelum tes tersebut saya mengikuti les persiapan IELTS di IALF Kuningan Jakarta. Biaya les saya waktu itu sekitar Rp 4.300.000,00. Mungkin di tempat les lain biayanya bisa lebih murah atau lebih mahal. Untuk kalian yang sama sekali tidak mengerti bahasa Inggris, itu artinya kalian harus berusaha lebih keras dan rajin daripada orang yang sudah memiliki kemampuan dasar bahasa Inggris. 

Berikut beberapa tautan website lembaga bahasa yang bisa kalian kunjungi:

2. Biaya Penerjemahan Dokumen

Untuk mendaftar beasiswa luar negeri, kita juga harus mempersiapkan terjemahan bahasa Inggris dari setiap dokumen biasanya dipersyaratkan seperti ijazah dan transkrip S1. Penerjemahan dokumen tersebut tidak bisa dilakukan sendiri karena harus diterjemahkan oleh penerjemah tersumpah (sworn translator). Berapa biaya yang harus disiapkan untuk penerjemahan dokumen ini?

Saya pernah menerjemahkan di Edlink + Connex Jakarta (sebuah konsultan studi luar negeri) dengan biaya sekitar Rp 75.000 per dokumen. Saya pun pernah menerjemahkan ke penerjemah tersumpah hasil dari googling dengan biaya kurang lebih sama dengan Edlink + Connex Jakarta. 

Oh iya, sebelum memutuskan untuk menggunakan jasa penerjemah tersumpah, coba cek ijazah atau transkrip kalian apakah sudah bilingual atau belum. Jika sudah, kan lumayan menghemat karena tidak perlu diterjemahkan lagi. Selain itu, pastikan juga kalian memilih sworn translator yang terpercaya. Buat yang bingung cari dimana, mungkin bisa dicek tautan berikut ini.
 3. Biaya Legalisir Dokumen

Di dalam salah satu persyaratan beasiswa Australian Awards, kita diminta untuk menyampaikan salinan legalisir dari ijazah dan transkrip S1. Untuk saya yang tinggal di Bekasi, sedangkan kampus S1 saya ada di Purwokerto, ini berarti saya harus mengeluarkan biaya untuk transportasi dari Bekasi ke Purwokerto dan sebaliknya. Untungnya, keluarga saya memang asli Purwokerto sehingga saya bisa minta tolong saudara saya. Di UNSOED sendiri, tarif resmi biaya legalisir ijazah dan transkrip adalah Rp 2.000,- per lembar. Buat yang berasal dari kampus selain UNSOED, kalian bisa cek di website kampus kalian masing-masing. 

4. Biaya Pembuatan Paspor

Untuk pergi studi ke luar negeri, paspor menjadi hal wajib yang kalian harus punya. Memang sih paspor ini tidak menjadi persyaratan pendaftaran beasiswa. Namun ini sudah seperti hal yang tidak tertulis tapi kalian harus siapkan sendiri.

Biaya  pembuatan paspor sampai dengan tulisan ini terbit adalah Rp 300.000,00. Biaya ini tidak termasuk dengan biaya fotocopy berkas dan dokumen dan biaya transportasi dari rumah kalian ke kantor imigrasi. 

5. Biaya Tes Kesehatan

Salah satu persyaratan beasiswa LPDP adalah kita harus menyampaikan surat keterangan sehat dan bebas narkoba. Persyaratan ini tentunya menjadi beban biaya bagi kita. Pada saat tahun kemarin saya mendaftar LPDP, saya tes kesehatan dan tes narkoba di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Total biaya yang harus saya keluarkan sekitar 1jtan. Pengalaman saya tes kesehatan ini bisa dicek disini
Itu tadi biaya-biaya minimal yang harus kalian perhitungkan dan persiapkan ketika berpikir untuk mendaftar beasiswa luar negeri. Nanti kalau ada biaya lain yang saya ingat dulu pernah keluarkan, nanti saya update tulisan ini.



Senin, 06 Juni 2016

Pengalaman Tes Beasiswa Kominfo Tahun 2016

"Pengalaman adalah guru yang berharga"
Apa yang kita alami mungkin bisa jadi pelajaran yang berharga bagi orang lain, sekecil apapun pengalaman itu. Jadi kali ini saya ingin berbagi mengenai pengalaman saya setelah mengikuti tes seleksi beasiswa dari Kementerian Komunikasi dan Informatika atau lebih akrab disingkat dengan Beasiswa Kominfo untuk tahun 2016.

Sekitar seminggu yang lalu tepatnya tanggal 17 dan 18 Mei saya selesai menjalani tes Beasiswa Kominfo. Ini adalah kali pertama saya mengikuti seleksi beasiswa ini karena tahun 2015 lalu saya dipanggil namun kebetulan pada saat hari H pelaksanaan tes, saya sedang berada di Papua. Jadilah saya gagal tahun lalu dan tahun ini, ketika saya dipanggil lagi untuk tes, saya putuskan untuk mengikutinya.

Setelah lolos dari seleksi administrasi, ada 25 orang termasuk saya yang dipanggil untuk mengikuti tes beasiswa yang terdiri dari 2 (dua) tahap tes yaitu psikotes dan wawancara. Tahun ini, kedua tes tersebut dilaksanakan pada tanggal 17 Mei untuk psikotes dan 18 Mei untuk wawancara, di Pustiknas Kemkominfo yang terletak di depan Kampus II UIN Ciputat.

Mari kita bahas satu persatu

1. Psikotes

Untuk tahun 2016 ini, Kemkominfo bekerjasama dengan Universitas Indonesia sebagai penyedia jasa psikotes untuk seleksi beasiswa Kominfo ini. Tes dimulai sekitar pukul 08.00 lewat. Dari total jumlah peserta psikotes hari itu, ternyata hanya ada 20 orang termasuk saya. Itu artinya ada 5 orang yang tersingkir dari seleksi beasiswa ini (kecuali kalau memang panitia memberikan kesempatan tes susulan). 

Dalam psikotes ini, saya dan seluruh peserta seleksi harus mengikuti serangkaian tes yang cukup melelahkan. Tes pertama yaitu tes Kreplin, dimana dalam tes ini saya diminta untuk menjumlah angka-angka yang ada dalam selembar kertas dan di waktu -waktu tertentu panitia seleksi akan berkata "Ganti".

Lalu ada pula tes EDWARDS PERSONAL PREFERENCE SCHEDULE (EPPS) dimana dalam tes ini kita akan diminta untuk memilih satu dari dua pernyataan yang paling mendekati atau sesuai dengan keadaan atau kepribadian kita. Sayang sekali saya lupa jumlah soalnya.

Contoh soal nomor 1

A. Saya suka gorengan
B. Saya suka sate ayam

Nah, meskipun kalian sama-sama suka gorengan dan sate ayam, namun kalian hanya diperbolehkan untuk memilih satu jawaban saja yang lebih sesuai dengan diri kalian. Oh iya, dalam tes seleksi Beasiswa Kominfo ini, saya dan peserta lain diberikan tes sejenis ini sebanyak dua kali (kalau tidak salah ingat ya).
 
Lanjut tes berikutnya yaitu tes WARTEGG alias tes warung nasi. :))
Bukan kok. Dalam tes WARTEGG kita akan diberikan sebuah kertas dengan gambar sebuah persegi panjang yang dibagi dalam delapan kotak persegi kecil. Dalam setiap kotak persegi itu terdapat titik, lengkungan atau garis lurus dimana kita diminta untuk meneruskan untuk menggambar menjadi sebuah obyek. Selain menggambar, panitia seleksi juga meminta para peserta untuk menulis angka sesuai urutan menggambar dan juga memilih gambar mana yang paling susah dibuat dan mana gambar yang paling udah dibuat.

Selesai tes WARTEGG, ada tes lagi yaitu tes menggambar orang yang sedang beraktivitas serta menuliskan jenis kelamin, pekerjaan dan aktivitas dari orang yang kita gambar. Dalam tes ini saya menggambar seorang mahasiswa S2 yang sedang mengetik tesis di laptopnya. :)) Selain menggambar orang, di seleksi ini juga terdapat tes menggambar pohon dan menyebutkan jenis pohon apa yang kita gambar. Dalam tes tersebut saya menggambar pohon mangga lengkap dengan buah-buahnya. Ya walaupun hasil akhirnya tidak sesuai dengan harapan saya alias tidak sebagus ekspektasi saya.

2. Wawancara

Tes wawancara dilakukan satu hari setelah hari pelaksanaan psikotes. Dalam tes wawancara ini, saya menghadapi tiga orang pewawancara yang terdiri dari pejabat eselon 1 atau 2 di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kalau tidak salah ingat, pewawancara saya yaitu Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan SDM, Staf Ahli Menteri, dan Inspektur Jenderal.

Awalnya saya diwawancarai dalam bahasa Indonesia, namun setelah mengetahui saya lulusan Sastra Inggris, maka akhirnya satu demi satu pertanyaan diajukan dalam bahasa Inggris. Pertama-tama saya diminta untuk mengenalkan diri, termasuk menyebutkan hobi, pekerjaan saat ini, dll. Saran saya sih sebutkan saja hal-hal yang berkaitan dengan beasiswa tersebut atau pekerjaan saat ini.

Beberapa pertanyaan yang selanjutnya diajukan seperti:
  • mengapa memilih kampus dan jurusan tersebut?
  • mengapa memilih negara tersebut?
  • apakah saat ini juga mendaftar beasiswa lain dan apabila diterima di beasiswa Kominfo maupun beasiswa lain, manakah yang akan dipilih?
  • penelitian apa yang akan dilakukan disana?
  • kontribusi apa yang bisa diberikan setelah lulus kuliah S2?
  • apakah mau sesekali berbagi ilmu di unit penelitian dan pengembangan SDM di Kominfo?
Saran saya lagi pelajarilah isu-isu seputar dunia Komunikasi dan Informatika yang sedang berkembang. Hal ini saya sarankan karena pada saat wawancara,saya diberikan pertanyaan mengenai Gojek. Beruntunglah saya sedikit tahu mengenai isu ini sehingga saya bisa memberikan sedikit jawaban mengenai pertanyaan ini.

Oh iya, jangan lupa hafalkan Pancasila ya, karena saya dan peserta sebelum saya diminta untuk menyebutkan bunyi seluruh sila dalam Pancasila.

Jadi, itu semua pengalaman saya dalam seleksi beasiswa Kominfo. Doakan saja segera diumumkan hasilnya dan saya bisa lolos ke tahap selanjutnya. Buat yang tahun ini belum lolos seleksi administrasi, mungkin tulisan saya ini bisa dijadikan persiapan untuk seleksi tahun depan.

Selamat berjuang semuanya :)


Masa Pertumbuhan Kita

Kalian pasti pernah menerima ucapan dari teman atau saudara kalian dengan bunyi kira-kira seperti ini " Makan yang banyak ya. Kan lagi ...