Usai
makan dari sebuah kotak styrofoam, seorang Bapak meletakkan kotak bekas
makanannya itu di bawah kursi tempat ia duduk. Tak lama setelah itu, seorang
ibu petugas kebersihan mengambil kotak styrofoam milik Bapak itu dan
membuangnya ke tempat sampah yang hanya berjarak 5 meter dari kursi tempat
Bapak itu duduk.
Kejadian
di atas tersebut bukanlah sebuah kejadian yang saya karang sendiri. Kejadian
itu nyata saya lihat dengan mata kepala saya sendiri, ketika saya sedang duduk
menunggu di Terminal 2B Bandara Soekarno Hatta. Di tengah suasana mengantuk dan
membosankan saat menunggu, kejadian tersebut sungguh membuat hati dan pikiran
saya tergelitik.
Apa
sebab?
Seringkali
kita memang tidak melakukan hal yang sebenarnya bisa kita lakukan, hanya karena
sudah ada orang yang ditugaskan untuk melakukan hal tersebut. Kejadian di atas
adalah contoh nyata dari pernyataan saya tersebut. Seorang Bapak yang
sebenarnya dan seharusnya bisa membuang sampah kotak styrofoamnya ke tempat
sampah yang hanya berjarak 5 m dari tempat dia duduk, tapi nyatanya ia tak mau
beranjak dari tempat duduknya dan hanya meletakkan sampahnya itu di bawah
kursinya, menunggu petugas kebersihanlah yang membuang sampah tersebut ke
tempat sampah.
Saya
jadi membayangkan jika suatu hari tangan kita diambil oleh Tuhan karena tangan
kita dianggap terlalu malas untuk melakukan hal-hal yang sangat mudah dan bisa dilakukan.
Sebelum hal itu terjadi, saya lebih memilih untuk tidak malas dan menunggu
orang lain melakukan hal yang sebenarnya dengan mudah kita lakukan. Saya jadi
malu kalau orang yang sehat fisik dan jasmani saya ini menjadi pemalas,
sedangkan di luar sana banyak orang yang berkekurangan fisik, namun banyak
melakukan sesuatu untuk sesama.
Jadi,
mau digunakan untuk apa tangan kita?
betul banget tuh, seharusnya tangan itu harus bener2 bermanfaat ya mas :)
BalasHapusMakasih mas Herry untuk kunjungan dan komentarnya...
HapusYap. Tangan kita harus benar-benar bermanfaat. Minimal ya lakukan yang bisa kita lakukan..Betul kan? :)))