Museum
Fatahillah di kala minggu memang begitu ramai disesaki para pengunjung.
Ditambah terik matahari di luar sana yang membuat suasana siang ini di tempat
ini menjadi sangat panas.
Selembar
kertas ini masih kupegang di tanganku. Kertas berisi dua puluh kata yang sedari
tadi membuat aku dan 2 orang anggota timku kebingungan mengartikannya. Sudah
hampir seperempat jam, kami berusaha mengotak-atik dua puluh kata ini, berusaha
mengartikan petunjuk kemana dan dimanakah pos kedelapan alias yang terakhir
dalam perlombaan ini.
Ya,
Jakarta Eight Race, itulah lomba yang saat ini aku dan timku sedang ikuti.
Sudah dari pagi tadi kami berputar-putar di sekitar Jakarta. Mulai dari Ancol, Bundaran
HI, Pasar Baru, Stasiun Jatinegara, Ragunan, Monas hingga saat ini kami sudah
ada di pos ketujuh di Museum Fatahilah Kota Tua. Dan setelah tadi tim kami menyelesaikan
tantangan di pos ketujuh ini, sekarang petunjuk dimana pos kedelapan itu ada di
dua puluh kata ini.
AKU
BERDIRI MENJULANG KE LANGIT.
BERSIAP
MENGARUNGI ANGKASA.
DULU
AKU TERLIHAT GAGAH.
KINI
AKU TERJEPIT DI ANTARA KUDA-KUDA BERLARIAN.
Itulah
dua puluh kata petunjuk dimana letak pos kedelapan.
“Sepertinya
kita harus ke bandara Soekarno Hatta kawan. Lihat saja kata-kata bersiap mengarungi angkasa. Itu
menandakan pesawat bukan?”, kata Yoga, salah satu anggota timku.
Aku
mengangguk-angguk kecil. Berusaha mencerna perkataan Yoga dengan logika,
sembari menatap kedua puluh kata petunjuk itu.
“Eits
tunggu dulu, Bill. Kalau memang yang dimaksud itu pesawat, berarti ada dua
kemungkinan tempat yang harus kita datangi. Halim atau Soekarno Hatta. Gimana
menurutmu Rob?”, tanya Gery kepadaku.
Aku
berpikir sejenak. Berusaha berpikir keras agar jangan sampai kami pergi ke arah
yang salah.
“Emm..masuk
akal si kalau mengartikan aku ini sebagai pesawat. Tapi aku masih bingung dengan
kata-kata kuda ini. Memang di Halim ataupun Soekarno Hatta masih banyak kuda?”
Kedua
temanku hanya diam mendengar perkataanku. Mungkin ada benarnya juga kata-kataku
tadi dan membuat mereka semakin bingung.
Kulihat
panitia yang tengah memberikan tantangan kepada tim lain yang baru saja datang.
Melihat sudah ada tim lain yang datang, aku sebagai pemimpin di timku ini
menjadi semakin gugup karena bisa saja tim lain bisa lebih cepat mengartikan
petunjuk dan segera menuju ke pos kedelapan. Dan itu artinya, kesempatan kami
untuk memenangkan perlombaan berhadiah uang tunai 50 juta ini semakin kecil.
Gery
tiba-tba berkata kepadaku. Mengembalikan pandanganku untuk fokus ke anggota
timku.
“Rob,
bukannya kuda itu bisa diartikan mobil ya. Kuda besi. Gimana Yog, bisa tidak
seperti itu?”
“Betul
juga kamu Ger. Jadi gimana, kemana kita Rob. Soekarno Hatta atau Halim?”, tanya
Yoga lagi kepadaku.
Aku
masih terdiam menatap kertas ini. Kata-kata Yoga dan Gery tadi masih
melayang-layang di otakku. Berusaha mencari petunjuk lain yang bisa memastikan
dimana lokasi pos kedelapan.
ANGKASA, GAGAH, TERJEPIT, KUDA, MOBIL...
Aku
memejam sejenak. Mencoba mengingat-ingat dan menerka dimana kiranya pos
kedelapan itu. Aku masih membayangkan apa ada pesawat yang terjepit di antara
mobil-mobil...
“Tunggu
dulu teman-teman. Aku masih berpikir, apa mungkin ada pesawat terjepit di
antara mobil di kedua bandar udara itu.”, kataku pada timku.
Gery
dan Yoga hanya mengganguk kecil. Aku yakin perkataanku tadi malah membuat
mereka semakin bingung.
AKU, ANGKASA, GAGAH
“Angkasa
ya”, pikirku.
“Aku...angkasa...Emm..”
Aku
masih membayangkan kata AKU ini adalah orang. Sama seperti waktu kami menemukan
pos di Bunderan HI dimana petunjuknya adalah KAMI BERDUA MENYAMBUT ANDA. DI
TENGAH LINGKARAN AIR YANG INDAH.
“Superman
kali ya Rob..hehe”, celetuk Yoga kepadaku.
“Huss...Jangan
becanda kamu Yog. Robi lagi mikir serius tuh..”, kata Gery pada Yoga.
Aku
kembali menatap kertas petunjuk itu.
“Aku
tahu kita harus kemana kawan. Aku sudah tahu dimana pos kedelapan itu.”
Yoga
berkata.
“Wah
hebat Rob. Memang menurutmu dimana pos kedelapan itu?”
Aku
tersenyum kepada kedua teman timku ini
“Pos
kedelapan itu ada di Patung Pancoran kawan.”
“Kok
bisa Rob. Kan tidak ada pesawat disana?”, tanya Gery.
Sudah
kuduga ada yang bertanya seperti itu.
“AKU
disini berarti orang. Dan ketika tadi Yoga nyeletuk soal Superman, aku langsung
berpikir tentang manusia angkasa. Dan kamu tahu, manusia angkasa itu adalah
sebutan untuk Patung Pancoran.”, kataku menjelaskan pada mereka.
Yoga
bergantian bertanya.
“Terus
apa artinya TERJEPIT DI ANTARA KUDA-KUDA BERLARIAN” Rob ?
“Nah,
KUDA itu memang benar artinya mobil. Aku pernah lihat foto kawasan Patung
Pancoran itu di tahun 1966, dimana memang patung itu menjadi terlihat menjulang
tinggi gagah. Tapi lihat sekarang kawan, sekarang patung tersebut terjepit oleh
jalan layang dan jalan tol dimana mobil-mobil melaju di jalan layang dan tol
itu. Betul kan teman-teman?”
Kedua
temanku mengangguk mendengar penjelasanku. Wajah gembira terpancar dari
senyum mereka
“Mantaaaappp
Robi. Aku malah tidak berpikir sampai situ. Betul juga ya. Patung Pancoran
memang sekarang sudah terjepit di antara jalan dan menjadi tidak terlihat gagah
lagi.”, kata Yoga.
“Yasudah
kawan. Hayo kita langsung saja pergi kesana saja.” ajakku pada Yoga dan Gery.
Kami
pun segera bergegas menuju pos kedelapan. Sudah terbayang di otakku bahwa kami
akan memenangka Jakarta Eight Race ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa komentarnya ya....:))