Andi sudah lama tak menyentuhku. Tak pernah kurasakan lagi kelembutan bibirnya di kulitku. Bibirnya yang dulu selalu menyentuhku setiap hari. Kehangatan yang dulu aku nikmati setiap hari. Kini sirna...
“Kamu manis...terlalu manis bahkan.Aku tak mau lagi menyentuhmu.”, kata Andi ketika dia menatap diriku sembari menggenggamku.
“Kau tahu aku manis, tapi kenapa kamu meninggalkan aku”, jawabku kepadanya.
Andi terdiam. Sepertinya dia berpikir keras untuk menjawab tanyaku kepadanya.
Dia menghela nafas. Berat, sangat berat sepertinya masalah yang sedang dia alami. Tak pernah kulihat dirinya sedih seperti ini sebelumnya.
“Aku harus pergi darimu, karena aku tak bisa lagi hidup denganmu”, katanya lirih.
“Apa kau bilang tadi”, tanyaku marah.
“Ya, aku tak bisa lagi hidup bersamamu. Aku tahu kau yang selalu ada buatku. Menemaniku pagi, siang, dan malam. Tapi sungguh, mulai hari ini aku harus pergi darimu”, jawabnya padaku.
Aku kecewa.
“Tapi, kenapa. Apa salahku....”, kataku sembari terisak.
“Aa....aa...ak....aku.....”, Andi terbata.
Tiba-tiba...
“Andiiiiiiiiii.....kemari nak. Ayo kesini. Ibu sudah belikan obat herbal buat kamu. Katanya ini bisa nyembuhin diabetes. Ibu juga udah beliin gula khusus buat kamu”, suara Ibu Andi menghentikan obrolan kami.
“Iya bu..”, jawab Andi sembari melepas genggamannya padaku.
Aku hanya bisa memandang Andi lari dari dapur tempatku tinggal. Memandangnya dari toples kaca berlabel GULA sialan ini.
“Aku kan manis”, yakinku...
“Kamu manis...terlalu manis bahkan.Aku tak mau lagi menyentuhmu.”, kata Andi ketika dia menatap diriku sembari menggenggamku.
“Kau tahu aku manis, tapi kenapa kamu meninggalkan aku”, jawabku kepadanya.
Andi terdiam. Sepertinya dia berpikir keras untuk menjawab tanyaku kepadanya.
Dia menghela nafas. Berat, sangat berat sepertinya masalah yang sedang dia alami. Tak pernah kulihat dirinya sedih seperti ini sebelumnya.
“Aku harus pergi darimu, karena aku tak bisa lagi hidup denganmu”, katanya lirih.
“Apa kau bilang tadi”, tanyaku marah.
“Ya, aku tak bisa lagi hidup bersamamu. Aku tahu kau yang selalu ada buatku. Menemaniku pagi, siang, dan malam. Tapi sungguh, mulai hari ini aku harus pergi darimu”, jawabnya padaku.
Aku kecewa.
“Tapi, kenapa. Apa salahku....”, kataku sembari terisak.
“Aa....aa...ak....aku.....”, Andi terbata.
Tiba-tiba...
“Andiiiiiiiiii.....kemari nak. Ayo kesini. Ibu sudah belikan obat herbal buat kamu. Katanya ini bisa nyembuhin diabetes. Ibu juga udah beliin gula khusus buat kamu”, suara Ibu Andi menghentikan obrolan kami.
“Iya bu..”, jawab Andi sembari melepas genggamannya padaku.
Aku hanya bisa memandang Andi lari dari dapur tempatku tinggal. Memandangnya dari toples kaca berlabel GULA sialan ini.
“Aku kan manis”, yakinku...
NB:
Diikutsertakan dalam proyek #15HariNgeblogFF hari ketiga dengan topik "Kamu Manis, Kataku" yang diadakan oleh Mbak @WangiMS dan Mas @momo_DM.
EDISI MANIS ITU MENYAKITKAN
hihihihihihi
BalasHapushehehe....
HapusMakasih kunjungannya....
Ayo semangat untuk hari keempat....
Fresh! sumpah bikin ngakak! xD
BalasHapusGula memang tak selalu berasa manis kan....
BalasHapushehehe....
Makasih kunjungannya