Aku tak suka bila ada yang merebut apa yang aku suka dari tanganku.
Termasuk masalah cowok.
Namanya Alan. Mamaku yang mengenalkan Alan padaku.
Sejak pertama bertemu, aku langsung merasa jatuh cinta pada Alan. Dia tipe cowok yang selama ini aku cari. Badan tegap berisi dengan parfum maskulin, serta senyuman yang “aduhhhh..” bener-bener manis buatku. Tak hanya menarik secara fisik, tapi dia pun selalu baik kepadaku.
“Kalau mau minta sesuatu, bilang ya. Ntar aku kasih”, begitu ucapnya tiap kali dia mengajakku jalan.
Dia sering datang ke rumah. Tiap kali datang ke rumah, dia tak pernah lupa membawa hadiah untukku. Dan tiap kali dia memberikan hadiah itu padaku, tanpa malu-malu kucium pipinya kiri dan kanan.
“Siska...Siska...Kamu lucu banget sih. Jadi gemes deh...”, itu yang Alan katakan setelah kucium kedua pipinya.
Aku bahagia memiliki Alan, hingga aku sadar, ada wanita lain di mata Alan selain diriku.
“Ada dia di matamu. Dia merebut kamu dariku”, hatiku berbicara.
----------------------------------------------------------------------------------------
Termasuk masalah cowok.
Namanya Alan. Mamaku yang mengenalkan Alan padaku.
Sejak pertama bertemu, aku langsung merasa jatuh cinta pada Alan. Dia tipe cowok yang selama ini aku cari. Badan tegap berisi dengan parfum maskulin, serta senyuman yang “aduhhhh..” bener-bener manis buatku. Tak hanya menarik secara fisik, tapi dia pun selalu baik kepadaku.
“Kalau mau minta sesuatu, bilang ya. Ntar aku kasih”, begitu ucapnya tiap kali dia mengajakku jalan.
Dia sering datang ke rumah. Tiap kali datang ke rumah, dia tak pernah lupa membawa hadiah untukku. Dan tiap kali dia memberikan hadiah itu padaku, tanpa malu-malu kucium pipinya kiri dan kanan.
“Siska...Siska...Kamu lucu banget sih. Jadi gemes deh...”, itu yang Alan katakan setelah kucium kedua pipinya.
Aku bahagia memiliki Alan, hingga aku sadar, ada wanita lain di mata Alan selain diriku.
“Ada dia di matamu. Dia merebut kamu dariku”, hatiku berbicara.
----------------------------------------------------------------------------------------
Tok..tok...tok....
Pintu kamarku diketuk...
“Siska..Siska...bangun Nak”, suara ibuku.
“Ada apa ya Ma..”, jawabku.
“Ada yang mau Mama bicarakan.
Ayo bangun, karena ini juga menyangkut kamu”, sambung Mamaku.
“Mama tunggu di ruang tamu ya”, tambahnya.
Kusingkap selimutku. Sembari mengucek mata, aku berjalan ke arah kamar mandi di dalam kamarku.
Setelah kucuci mukaku, kubuka pintu kamar dan langsung menuju ke ruang tamu.
“Ada Alan, itu suara Alan. Tumben dia datang malam-malam begini. Pasti dia kangen aku”, gumamku.
Semangatku menyala. Bibirku tersenyum. Orang yang aku sayangi datang menemuiku.
“Halo Siska....Baru bangun ya...”, sapa Alan padaku saat melihatku berjalan menuruni tangga menuju ruang tamu.
“Emmm...Iya”, jawabku. Aku bahagia...
Begitu aku di ruang tamu, aku langsung duduk di samping Alan.
“Apa kabar kamu...”, katanya sembari memeluk dan mengusap kepalaku.
Mamaku yang ada disitu hanya tersenyum melihat kemesraanku dengan Alan. Aku yakin Mama suka aku dekat dengan Alan.
“Jadi gini Siska, kenapa Mama bangunin kamu malam-malam begini karena Mama mau ngomong hal yang serius.”, suara Mama memotong kemesraanku dengan Alan.
“Kamu kan tau Nak, Papa kamu sudah lama meninggal. Mama merasa sekarang sudah saatnya Mama untuk mencari seseorang yang bisa jagain Mama dan kamu juga Nak. Kalau Mama cari pengganti Papa boleh kan Nak?”, tanya Mama kepadaku.
“Emm..Boleh kok Ma, asalkan Mama cari orang yang juga sayang Siska. Janji ya Ma”, jawabku sedikit kaget mendengar pertanyaan Mama.
“Mama sudah punya kok calon pengganti Papa buat Mama dan kamu. Dan orangnya pasti bakal bisa jagain Mama dan kamu. Kamu pasti sudah bisa nebak siapa orangnya”, kata Mama membuatku penasaran.
“Siapa Ma....?”, jawabku sambil garuk-garuk kepala.
“Om Alan. Dia yang akan jadi pengganti Papa. Kamu suka kan?”, jelas Mamaku.
Sembari meneteskan air mata, aku berlari sekencang-kencangnya menuju kamar. Kututup dan kukunci pintu.
“Kenapa harus Mamaku yang ada di mata Alan. Kenapa wanita lain itu adalah Mamaku sendiri”, ucapku sembari memeluk bantal. Hatiku remuk redam.
“Apa salah seorang cewek umur 10 tahun seperti aku mencintai seorang cowok umur 34 tahun seperti Alan” kataku tak bisa menerima kenyataan...
Pintu kamarku diketuk...
“Siska..Siska...bangun Nak”, suara ibuku.
“Ada apa ya Ma..”, jawabku.
“Ada yang mau Mama bicarakan.
Ayo bangun, karena ini juga menyangkut kamu”, sambung Mamaku.
“Mama tunggu di ruang tamu ya”, tambahnya.
Kusingkap selimutku. Sembari mengucek mata, aku berjalan ke arah kamar mandi di dalam kamarku.
Setelah kucuci mukaku, kubuka pintu kamar dan langsung menuju ke ruang tamu.
“Ada Alan, itu suara Alan. Tumben dia datang malam-malam begini. Pasti dia kangen aku”, gumamku.
Semangatku menyala. Bibirku tersenyum. Orang yang aku sayangi datang menemuiku.
“Halo Siska....Baru bangun ya...”, sapa Alan padaku saat melihatku berjalan menuruni tangga menuju ruang tamu.
“Emmm...Iya”, jawabku. Aku bahagia...
Begitu aku di ruang tamu, aku langsung duduk di samping Alan.
“Apa kabar kamu...”, katanya sembari memeluk dan mengusap kepalaku.
Mamaku yang ada disitu hanya tersenyum melihat kemesraanku dengan Alan. Aku yakin Mama suka aku dekat dengan Alan.
“Jadi gini Siska, kenapa Mama bangunin kamu malam-malam begini karena Mama mau ngomong hal yang serius.”, suara Mama memotong kemesraanku dengan Alan.
“Kamu kan tau Nak, Papa kamu sudah lama meninggal. Mama merasa sekarang sudah saatnya Mama untuk mencari seseorang yang bisa jagain Mama dan kamu juga Nak. Kalau Mama cari pengganti Papa boleh kan Nak?”, tanya Mama kepadaku.
“Emm..Boleh kok Ma, asalkan Mama cari orang yang juga sayang Siska. Janji ya Ma”, jawabku sedikit kaget mendengar pertanyaan Mama.
“Mama sudah punya kok calon pengganti Papa buat Mama dan kamu. Dan orangnya pasti bakal bisa jagain Mama dan kamu. Kamu pasti sudah bisa nebak siapa orangnya”, kata Mama membuatku penasaran.
“Siapa Ma....?”, jawabku sambil garuk-garuk kepala.
“Om Alan. Dia yang akan jadi pengganti Papa. Kamu suka kan?”, jelas Mamaku.
Sembari meneteskan air mata, aku berlari sekencang-kencangnya menuju kamar. Kututup dan kukunci pintu.
“Kenapa harus Mamaku yang ada di mata Alan. Kenapa wanita lain itu adalah Mamaku sendiri”, ucapku sembari memeluk bantal. Hatiku remuk redam.
“Apa salah seorang cewek umur 10 tahun seperti aku mencintai seorang cowok umur 34 tahun seperti Alan” kataku tak bisa menerima kenyataan...
NB:
Diikutsertakan dalam proyek #15HariNgeblogFF hari keenam dengan topik "Ada Dia di Matamu" yang diadakan oleh Mbak @WangiMS dan Mas @momo_DM.
Benceee,,,baca de punyakuuu,,,ohhh migot,,kita benar2 miriiipp,,,serupa tapi tak sama,,, :))
BalasHapusak bela2in ke warnet biar cepat,,hahahaha
baru saja kelar n baru saja submit,,,wkwkwkwk
Mantap semangatnya....
HapusHaha....Untung aja tidak serupa....
Tetap menulis kawan....
waduh, anak kecil ternyata hahahaha
BalasHapusOedipus complex syndrome...haha
HapusI love you Om...
wadooow.. cinta monyet :D
BalasHapusCicuittttttttt.....
HapusSalam kenal....
Karena cinta monyet adalah bagian dari proses evolusi menjadi cinta manusia..
#teoriDarwinversicinta.....