Selamat Tahun Baru 2015. Ini menjadi tulisan pertama saya setelah berbulan-bulan vakum menulis di blog ini. Rasanya tangan dan otak saya tak selancar dulu ketika sedang rajin-rajinnya menulis. Semoga saja tulisan ini menjadi awal dari kebangkitan jiwa menulis saya. :)
31 Januari 2015
Kisah Pertama
Sekitar pukul 19.00 wib, saya dan istri saya tiba di Indomaret Poin Pasar Baru yang tepat berada di sebelah Hotel Tune, Jalan Samanhudi Jakarta Pusat. Saya kesini karena saya berniat mengerjakan pekerjaan kantor yang akhir-akhir sepertinya kian menumpuk banyak dan dikejar deadline. Tak ada kejadian spesial yang terjadi di sekitar saya. Beberapa orang keluar masuk ke lantai 2 convenient store tempat kami berada. Tepat di hadapan saya dan istri saya, duduk beberapa laki-laki dan perempuan yang tengah berbincang hangat. Saking hangatnya, sesekali mereka tertawa cukup keras hingga memecah konsentrasi saya. Di seberang gerombolan ini, duduk pula beberapa anak yang saya taksir berusia sekitar 14-15 tahun, yang tengah membicarakan teman-teman sekolah mereka. Ya, beberapa kata seperti “tugas” dan “semester” yang membuat saya menyimpulkan mereka masih berusia anak sekolah.
Sekitar pukul 20.00 wib, masuk satu wanita dengan seorang anak di sampingnya. Pikiran saya menyimpulkan mereka adalah seorang ibu dengan anaknya. Sekilas, saya melihat penampilan mereka layaknya orang-orang yang ada di sekitar situ. Awalnya saya perhatikan, mereka seperti menunggu orang lain. Mereka duduk berdua di meja kosong. Tak tampak mereka membawa minuman atau makanan yang lazimnya orang lakukan ketika duduk di bangku-bangku di lantai 2 ini.
Sekitar pukul 22.00, sembari menatap layar laptop saya, saya melihat sang anak yang tadi duduk berdua dengan sang Ibu, dan sempat turun dari lantai 2, tiba-tiba saja menata deretan bangku kosong dan merebahkan dirinya di bangku-bangku tersebut. Yang aneh, ketika ada karyawan Indomaret yang masuk ke lantai 2 untuk membersihkan lantai, karyawan itu sama sekali tak mengusirnya. Bahkan menurut saya sepertinya karyawan tersebut sudah hafal dan mengizinkan anak tersebut untuk tidur di tempat itu.
Lalu kemana sang Ibu yang tadi bersamanya?
Ibu yang tadi bersama sang anak, sejak sang anak tidur, saya perhatikan berada cukup lama di dalam toilet wanita. Sesekali dia keluar lalu menyalakan pengering tangan. Setelah sekitar dua atau tiga kali Ibu itu keluar masuk toilet, Ibu itu lalu menuju ke deretan bangku tempat sang anak tidur. Sang ibu pun duduk salah satu bangku di samping sang anak yang masih tertidur lelap. Setengah jam kemudian, saya melihat sang Ibu seperti dalam posisi tertidur. Diam tak bergerak dalam waktu cukup lama. Hanya sesekali menggerakan kepala dan membenarkan posisi jaket yang menutupi kepalanya.
Kisah Kedua
Masih di tempat yang sama, tiba-tiba masuk seorang bapak tua dengan pakaian lusuh, datang bersama seorang anak laki-laki berusia sekitar 10 tahun yang mengenakan kaos bertuliskan nama salah satu calon presiden di Pilpres 2014 yang lalu.
Setelah mendekati seorang laki-laki dan perempuan yang duduk di sebelah saya, bapak dan anak itu mendatangi saya dan istri saya. Mereka menawarkan jasa semir sepatu. Berhubung saya sedang memakai sandal jepit, maka saya pun meminta istri saya untuk memberikan bapak tersebut uang. Saya sedih karena bapak itu berkata bahwa dia butuh uang untuk makan anaknya. Segera setelah kami beri sejumlah uang yang menurut saya cukup untuk satu kali makan, bapak dan anak itu pergi turun ke bawah.
Sekitar 5 menit setelah kami memberikan uang kepada bapak tersebut, kami pun memutuskan untuk turun dan pulang kembali ke kost. Ketika kami sampai di lantai 1 tempat makanan dan minuman yang dijual, kami melihat sepintas bapak dan anak tadi sedang berada di rak makanan di deretan cemilan dan snack.
Saya tak mau menyimpulkan hal negatif dari apa yang dilakukan oleh bapak tersebut. Hanya saja di Indomaret Poin, pengunjung bisa membeli paket nasi dan lauk yang di siang hari bisa mencapai harga Rp. 25.000 per paket, dengan harga hanya 50 persen dari harga di siang hari. Menurut saya cukup worth to buy dibandingkan membeli snack “bungkus besar isi sedikit” yang harganya bisa mencapai Rp.9.000 per bungkus.
31 Januari 2015
Kisah Pertama
Sekitar pukul 19.00 wib, saya dan istri saya tiba di Indomaret Poin Pasar Baru yang tepat berada di sebelah Hotel Tune, Jalan Samanhudi Jakarta Pusat. Saya kesini karena saya berniat mengerjakan pekerjaan kantor yang akhir-akhir sepertinya kian menumpuk banyak dan dikejar deadline. Tak ada kejadian spesial yang terjadi di sekitar saya. Beberapa orang keluar masuk ke lantai 2 convenient store tempat kami berada. Tepat di hadapan saya dan istri saya, duduk beberapa laki-laki dan perempuan yang tengah berbincang hangat. Saking hangatnya, sesekali mereka tertawa cukup keras hingga memecah konsentrasi saya. Di seberang gerombolan ini, duduk pula beberapa anak yang saya taksir berusia sekitar 14-15 tahun, yang tengah membicarakan teman-teman sekolah mereka. Ya, beberapa kata seperti “tugas” dan “semester” yang membuat saya menyimpulkan mereka masih berusia anak sekolah.
Sekitar pukul 20.00 wib, masuk satu wanita dengan seorang anak di sampingnya. Pikiran saya menyimpulkan mereka adalah seorang ibu dengan anaknya. Sekilas, saya melihat penampilan mereka layaknya orang-orang yang ada di sekitar situ. Awalnya saya perhatikan, mereka seperti menunggu orang lain. Mereka duduk berdua di meja kosong. Tak tampak mereka membawa minuman atau makanan yang lazimnya orang lakukan ketika duduk di bangku-bangku di lantai 2 ini.
Sekitar pukul 22.00, sembari menatap layar laptop saya, saya melihat sang anak yang tadi duduk berdua dengan sang Ibu, dan sempat turun dari lantai 2, tiba-tiba saja menata deretan bangku kosong dan merebahkan dirinya di bangku-bangku tersebut. Yang aneh, ketika ada karyawan Indomaret yang masuk ke lantai 2 untuk membersihkan lantai, karyawan itu sama sekali tak mengusirnya. Bahkan menurut saya sepertinya karyawan tersebut sudah hafal dan mengizinkan anak tersebut untuk tidur di tempat itu.
Lalu kemana sang Ibu yang tadi bersamanya?
Ibu yang tadi bersama sang anak, sejak sang anak tidur, saya perhatikan berada cukup lama di dalam toilet wanita. Sesekali dia keluar lalu menyalakan pengering tangan. Setelah sekitar dua atau tiga kali Ibu itu keluar masuk toilet, Ibu itu lalu menuju ke deretan bangku tempat sang anak tidur. Sang ibu pun duduk salah satu bangku di samping sang anak yang masih tertidur lelap. Setengah jam kemudian, saya melihat sang Ibu seperti dalam posisi tertidur. Diam tak bergerak dalam waktu cukup lama. Hanya sesekali menggerakan kepala dan membenarkan posisi jaket yang menutupi kepalanya.
Kisah Kedua
Masih di tempat yang sama, tiba-tiba masuk seorang bapak tua dengan pakaian lusuh, datang bersama seorang anak laki-laki berusia sekitar 10 tahun yang mengenakan kaos bertuliskan nama salah satu calon presiden di Pilpres 2014 yang lalu.
Setelah mendekati seorang laki-laki dan perempuan yang duduk di sebelah saya, bapak dan anak itu mendatangi saya dan istri saya. Mereka menawarkan jasa semir sepatu. Berhubung saya sedang memakai sandal jepit, maka saya pun meminta istri saya untuk memberikan bapak tersebut uang. Saya sedih karena bapak itu berkata bahwa dia butuh uang untuk makan anaknya. Segera setelah kami beri sejumlah uang yang menurut saya cukup untuk satu kali makan, bapak dan anak itu pergi turun ke bawah.
Sekitar 5 menit setelah kami memberikan uang kepada bapak tersebut, kami pun memutuskan untuk turun dan pulang kembali ke kost. Ketika kami sampai di lantai 1 tempat makanan dan minuman yang dijual, kami melihat sepintas bapak dan anak tadi sedang berada di rak makanan di deretan cemilan dan snack.
Saya tak mau menyimpulkan hal negatif dari apa yang dilakukan oleh bapak tersebut. Hanya saja di Indomaret Poin, pengunjung bisa membeli paket nasi dan lauk yang di siang hari bisa mencapai harga Rp. 25.000 per paket, dengan harga hanya 50 persen dari harga di siang hari. Menurut saya cukup worth to buy dibandingkan membeli snack “bungkus besar isi sedikit” yang harganya bisa mencapai Rp.9.000 per bungkus.
Apa kesimpulan saya?
Mari bersyukur atas apa yang Tuhan berikan kepada kita. Terutama untuk kita yang masih punya tempat tinggal, bisa bayar kost, makan tiga kali sehari, sesekali jalan ke mal atau nongkrong bersama teman-teman. Mari bersyukur jika kita masih punya pekerjaan atau usaha sendiri, dan tidak banyak mengeluh tentang bos yang galak, rekan kerja menyebalkan, makanan yang tidak enak, atau rumah yang panas karena tak menggunakan AC.
Saya jadi ingat tulisan di salah satu meme yang sempat beredar di timeline Path saya.
“Bersyukurlah di hari Senin kamu masih punya pekerjaan, bukan sedang mencari pekerjaan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa komentarnya ya....:))