Bagi sebagian besar orang,
terutama bagi kalangan pria, menonton film drama adalah hal yang sangat sangat
sangat membosankan. Kenapa harus ada tiga kali kata “sangat”? Ya karena memang
seperti itulah gambaran perasaan yang dialami kaum pria ketika harus menonton
film drama. Dari lima orang teman pria di kantor saya yang saya tanya soal
selera film, tak ada satu pun yang memilih genre drama sebagai pilihan mereka. Action,
horror, fantasi, science fiction
adalah jawaban yang muncul dari kelima teman saya tersebut.
Kebanyakan pria memang tidak
menyukai film drama dengan alasan film drama itu alurnya membosankan, tidak ada
adegan “action”-nya (kalo ada namanya
film action dong), isinya cuma nangis
doang, menye-menye, dan segudang
alasan lain yang membuat para pria tidak menyukai film drama. Apalagi ada
anggapan bahwa film drama memang diciptakan untuk kaum wanita dan kaum “pria”
berjiwa wanita.
Tapi sesuai dengan judul tulisan
saya di atas, saya ingin mendeklarasikan bahwa
“SAYA ADALAH PRIA PENYUKA FILM
DRAMA”.
Saya bukannya tidak suka dengan
film jenis action, horror, fantasi, science fiction atau genre film lainnya
ya. Tapi dari jenis-jenis film yang saya tonton (dan saya simpan di laptop),
saya memilih film drama sebagai jenis film favorit saya. Berikut dua alasan
kenapa saya menyukai film drama?
1. Ceritanya
mungkin terjadi
Ini dia alasan pertama kenapa saya menyukai film drama
yaitu karena cerita-cerita dalam film drama itu mungkin saja terjadi. Misal
saja film Date Night yang baru saja tonton. Diceritakan bahwa pasangan suami
istri yang kehidupan rumah tangganya membosankan hingga suatu malam, ketika
mereka sedang makan malam di sebuah restoran, mereka mengalami kejadian dan
masalah yang akhirnya membuat mereka harus melewati malam yang berat.
Atau film Role Model yang menceritakan bagaimana
seorang pemuda yang kehilangan pekerjaan dan pacarnya secara bersamaan, hingga
ia marah dan melakukan tindakan kriminal yang akhirnya membuatnya harus
menjalani hukuman public service di sebuah yayasan penitipan anak.
Dih, apa menariknya film begituan?
Hey man. Apakah kamu yakin kamu tidak akan mengalami
hal seperti itu suatu saat nanti? Mengalami kehidupan rumah tangga yang penuh
dengan lika-liku? Atau mengalami PHK, masalah cinta, keluarga, dll?
Bagi saya. Setiap cerita di film drama itu mungkin
terjadi di kehidupan kita. Menurut saya film drama itu gambaran kehidupan
manusia yang terjadi di sekitar kita, atau bahkan kita alami sendiri. Bukankah
lebih mungkin kita mengalami masalah di keluarga kita daripada kita
dikejar-kejar oleh penyihir “You Know Who”
alias Voldemort? Atau bagi anda mungkin lebih mungkin dunia ini diserang oleh
alien robot seperti di film Transformer?
2. Ada
pelajaran yang bisa diambil
Bukan. Ini bukan mau ngomongin pelajaran sekolah. Ini
masih ngomongin tentang film drama.
Kembali ke poin 1. Karena cerita dalam film drama itu mungkin
saja terjadi, maka kita bisa membayangkan cerita itu terjadi dalam hidup kita
dan mengambil hikmah atau pelajaran dari film drama tersebut. Misal di film
Family Weekend yang menceritakan seorang anak yang terpaksa harus melakukan
tindakan-tindakan ekstrim (seperti menyekap dan mengikat tangan) kepada orang
tuanya karena selama ini orang tuanya tersebut tidak peduli terhadap keadaan
anak-anaknya akibat kesibukan masing-masing orang tua. Akhir dari film tersebut
adalah sang anak ditahan oleh polisi, namun hal tersebut membuat kedua orang
tuanya sadar bahwa selama ini mereka sudah mengacuhkan keberadaaan
anak-anaknya.
Pelajaran yang bisa diambil dari film tersebut bagi
saya adalah bahwa jika nanti saya jadi orang tua (Amin..:)) saya harus
memperhatikan dan merawat anak-anak saya kelak. Setiap orang pasti memiliki
pandangan tersendiri terhadap hikmah apa yang bisa diambil dari sebuah film.
Memang sih tak hanya film drama yang member pembelajaran
terhadap kita. Cuma bagi saya ya kembali ke poin no. 1. Jika kita susah
membayangkan kejadian kedatangan alien atau kemunculan superhero di dunia ini
benar-benar terjadi, bagaimana bisa kita mengambil hikmah dari film tersebut
untuk kita jadikan pembelajaran bagi hidup kita.
Dua alasan di atas mungkin tidak
cukup untuk meyakinkan bahwa seorang pria tidak harus malu untuk menonton film
drama. Drama itu menarik lho dan mampu kita jadikan pembelajaran. Siapa bilang
buku itu satu-satunya gudang ilmu. Film juga lho. Dari pengalaman pacar saya
yang seorang guru, ternyata anak-anak lebih tertarik untuk belajar ketika media
pembelajaran yang digunakan adalah video atau film, dibandingkan ketika mereka
hanya diwajibkan membaca dan menghafalkan buku pembelajaran.
And the last sentences, tontonlah film drama yang memang bermutu.
Sinetron-sinetron di Indonesia sih sebenarnya contoh cerita drama juga, cuma
bagi saya itu cerita drama yang buruk. Alur cerita monoton, teknik pengambilan
kamera yang seadanya, akting para artis yang kaku, dan segudang alasan lain
yang membuat saya tidak menyarankan anda untuk melihat sinetron Indonesia.
Ok. Bye-bye….