sumber: http://www.littlehouseliving.com |
Tulisan ini bukan merupakan sebuah ajakan untuk membuang smartphone kamu dan bertahan untuk tidak memakainya selama 30 hari. Bukan. Ini bukan tentang itu. Tulisan ini lebih menjadi semacam "refleksi" bagi saya yang sampai hari ini sudah 22 hari menjalani aktivitas sehari-hari tanpa smartphone. Itu artinya saya memulai tak menggunakan smartphone pada tanggal 21 September 2013.
Baru 22 hari kok ditulisnya 30 hari? Ya karena memang target saya adalah bisa melewati hidup saya 30 hari tanpa smartphone.
Sebelum tanggal 21 September, saya adalah seseorang yang aktif di sosial media menurut ukuran teman-teman saya, ya meskipun saya bukanlah seorang buzzer atau selebtwit yang rajin sekali ngetwit atau bikin status di Path. Tak heran, keaktifan di sosial media tersebut membuat saya sangat sering sekali membuka smartphone saya (waktu itu saya punya HP Android.). Bangun pagi langsung ngecek HP. Mau makan, foto makanan dulu buat update Instagram atau Path. Pokoknya, hidup saya sangat-sangat sering terfokus hanya pada HP saya. Bahkan seringkali, saat kerja di kantor pun menjadi tidak fokus gara-gara asik ngetwit (ampun boss...hehe..).
Dan, tepat tanggal 20 September malam, semua itu lenyap begitu saja. HP saya dicuri pada saat saya sedang naik bus Kopaja menuju rumah.
Awalnya, saya merasa benar-benar kehilangan suatu "kebiasaan-kebiasaan" seperti ngetwit kapanpun, ngecek Path, atau buka email setiap waktu. Ya memang, saya masih saja bisa melakukan kegiatan-kegiatan tersebut melalui laptop saya. Tapi kan, tidak mungkin juga saya membuka laptop saya di bus Transjakarta atau Kopaja, hanya untuk mengecek email atau twitter kan.
Sehari setelah saya kehilangan HP saya, sempat terpikir saya untuk langsung membeli smartphone yang baru lagi. Tapi, kemudian saya berpikir apa saya harus langsung membeli smartphone lagi, sedangkan sebelum kehilangan HP yang ini, sebulan sebelumnya pun saya sudah kehilangan sebuah smartphone.Kemudian, setelah berpikir baik-baik, saya pun memutuskan untuk selama 30 hari tidak menggunakan smartphone, dan hanya akan menggunakan HP yang cuma bisa SMS dan telepon saja.
Sulit, sungguh sulit memang menghilangkan kebiasaan untuk tiap waktu mengecek HP. Tapi lama kelamaan, kebiasaan-kebiasaan tersebut bisa sedikit demi sedikit hilang. Bahkan saya merasa, hasrat saya untuk bersosial media pun semakin merasa turun. Setelah 22 hari ini tanpa smartphone, saya merasa ternyata memang menggunakan smartphone memiliki efek negatif.
Salah satu efek negatif yang saya baru benar-benar saya sadari adalah betapa sebuah smartphone menjadi sebuah "zona nyaman" bagi seseorang. Saya tak mau bilang bahwa "zona nyaman smartphone" itu buruk. Tapi ketika seseorang selalu menjadikan "zona nyaman smartphone" sebagai pelarian dari lingkungan yang tidak nyaman di sekitarnya, maka saya memandang itu menjadi sebuah hal yang negatif.
Kalian sering tidak ketika ada di sekelompok orang yang baru saja kalian kenal, lalu kalian merasa tidak nyaman dengan orang-orang baru tersebut, dan akhirnya kalian pun menyibukkan diri dan tenggelam dalam "kenyamanan" yang ditawarkan oleh smartphone kalian.
Sebelumnya, saya pun menjadi orang yang seperti itu. Cuma ketika saya kehilangan "zona nyaman smartphone" tersebut, saya pun memaksa diri saya untuk sedikit berubah. Saya "memaksa" diri saya untuk belajar lebih mendengarkan perkataan orang-orang yang sedang berbicara kepada saya dan menanggapi perkataan mereka. Karena sungguh, ketika kita bertemu sahabat-sahabat atau teman-teman dekat kita, dan mereka disibukkan dengan smartphone masing-masing, sedangkan kita tak punya smartphone, rasanya sungguh tidak enak.
Saya memang tak berniat untuk selamanya tak menggunakan smartphone, karena memang saya masih butuh beberapa aplikasi yang hanya ada di smartphone untuk mendukung kegiatan sehari-hari saya. Tapi semoga, setelah pelajaran 30 hari tanpa "zona nyaman" smartphone ini, saya lebih bijak dalam menggunakan smartphone. Intinya sih, keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata. Belajar lebih mendengarkan orang dan menanggapinya. Betul kan. :)
Gue mulai mengurangi intensitas pake smartphone pas lagi bokek nggak bisa ngisi paket BB. Ini udah ada kali sebulan nggak aktifin Twitter di BB. Dan kalo ngetweet musti di tablet atau nyari wifi di laptop. Enak juga sih hidup kayak gitu. Lebih less distraction dan living every moment yang ada di depan.
BalasHapusPantesan gue ga liat lo lagi di TL :P
Ga percaya kalo seorang admin Socmed mengurangi ngetwit. :D
HapusSebulan ini si aku jadi lebih fokus ngadepin apa yang ada di dunia nyata si, daripada kepala nunduk terus mantengin layar HP.