Gadis
itu manis dan menarik.
Itu
menurutku sebagai seorang lelaki normal yang telah beristri satu dan beranak
dua ini. Bukan sudah bosan dengan istriku, hanya saja sesekali melakukan
“penyegaran mata” bukankah baik.
Kupandangi
foto yang ada di genggamanku, sembari sesekali mengamati gadis yang wajahnya
ada di foto itu sedang duduk tenang sembari membaca buku, 20 meter dari
tempatku berdiri. Nampak sedikit berbeda memang antara wajah gadis itu di foto
dengan aslinya sekarang. Di foto, wajah gadis itu tampak lebih pucat dan polos,
tak seperti wajahnya yang penuh dengan riasan yang serasi yang membuatnya
nampak lebih manis dan menarik. Itu kata hatiku lagi.
Saat
tengah asyik melamun, getar ponsel di kantong jaketku mengembalikanku ke dunia
nyata.
Tertera
nama Pak Kardi, atasanku di kantor, di layar ponselku. Kutarik nafas
dalam-dalam sebelum kuangkat telepon itu.
“Selamat Siang Briptu Slamet”, suara
tegas dan lantang terdengar di ponselku.
“Siap..Selamat Siang Iptu Kardi”, kujawab
dengan suara tak kalah lantang.
Orang
di ujung telepon sana, bertanya
“Bagaimana Briptu, apa sudah ada kepastian
dengan rencana kemarin?”
“Eee....eee...eee...Saya....”, jawabku
terbata-bata.
“Sudah tenang saja Briptu. Kalau saya berhasil
dipromosikan untuk menjadi Kapolsek, saya janji tidak akan pernah lupa jasa
bantuan Briptu. Kamu ikuti saja rencana saya Briptu. Kamu awasi terus gadis itu
ya..”.
Jawabku,
“Siap Pak...”,
Suara
disana kembali menjawab
“Nah bagus seperti itu. Sudah, yang penting awasi terus
gerak gerik gadis itu. Besok kita lakukan rencana kita..”
“Siap Pak..”, jawabku mengakhiri
pembicaraan tesebut.
Kepalaku
tertunduk lesu. Sungguh tugas yang kuemban kali ini benar-benar bertentangan
dengan hati nuraniku sebagai seorang manusia. Kupandangi lagi gadis yang masih
duduk di ujung sana. Masih tenang dengan buku di tangannya.
“Haruskah ia besok kutangkap dan diproses hukum demi
promosi jabatan atasanku,
padahal dia tak bersalah sama sekali”
Kuhela
lagi nafasku dalam-dalam, mencoba mengurangi beban pikiran dan hati nuraniku
akan tugas ini.
“Nasibnya di tanganku.”,
Jakarta,
4 Juni 2012
@rbennymurdhani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa komentarnya ya....:))