Judul buku : Kastana Taklukan Jakarta
Penulis : Soleh Solihun
Penerbit : Penerbit Literati Imprint dari Penerbit Lentera Hati
Jumlah halaman: 290 hlm
Terbit : Maret 2013
Harga: Rp. 49.000,-
Alasan kenapa saya membeli buku ini adalah karena awalnya saya mengira buku ini akan memuat pendapat, opini maupun cara dan tips seputar jurnalisme musik dari seorang Soleh Solihun. Hal itu terbersit setelah saya membaca sinopsis yang ada di cover belakang buku ini yang berbunyi:
"Seluk beluk pekerjaan di dunia jurnalistik, khususnya jurnalistik dunia hiburan, digambarkan dengan ringan dan segar oleh Soleh Solihun."
Dan, setelah selesai membaca buku ini dalam waktu sekitar 8 jam, ternyata buku ini berisi lebih dari apa yang saya pikirkan. Ya meski sebenarnya, saya justru ingin sekali Soleh Solihun membuat semacam buku pintar menjadi jurnalis musik.
Dalam buku ini, Soleh menceritakan kisah perjalanannya dari ketika masih usia SD, saat ia bercita-cita menjadi ABRI (baca: tentara) dan Ustadz, hingga kehidupannya saat ini, dengan segala macam pekerjaan yang dilakoninnya.
Buku ini terbagi menjadi 5 bagian atau bab, yaitu Prolog, Kerja! Kerja! Ayo Kita Kerja!, Dari Anak Muda ke Pria Dewasa, Mimpi Yang Terwujud, dan terakhir adalah Epilog. Dalam Prolog, Soleh menceritakan sedikit tentang cita-cita masa kecilnya, dan dilanjutkan dengan kisah kehidupannya selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran dengan peminatan jurnalistik.
Selanjutnya, berturut-turut yaitu bagian Kerja! Kerja! Ayo Kita Kerja!, Dari Anak Muda ke Pria Dewasa, Mimpi Yang Terwujud menceritakan banyak lika-liku kehidupan saat Soleh hijrah ke Jakarta dan mulai memasuki dunia kerja. Dari tiga bagian ini, kita bisa mengetahui bagaimana perjalanan karir seorang Soleh, termasuk pada titik-titik dimana Soleh harus berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Menurut saya, tiga bagian inilah yang menjadi inti buku ini.
Di bagian Epilog, Soleh bercerita bagaimana kehidupannya saat ini, terutama soal berbagai pekerjaan yang dilakoninya sekarang, terutama ketika akhirnya saat ini Soleh Solihun lebih terkenal sebagai seorang komika, suatu istilah untuk orang yang berprofesi stand up comedy.
Satu catatan pada buku ini dari saya yaitu pada halaman 285 dan 286.
Perhatikan kalimat pada paragraf 3 halaman 285 yang berbunyi:
Kejadian saya dipecat sering jadi bahan candaan teman-teman di kantor RR. "Ah...gua mau nyari cara supaya dipecat kayak elu. Biar dapat pesangon." kata fotografer Mirna.
Bandingkan dengan paragraf 2 halaman 286 yang berbunyi:
Kejadian saya dipecat, sering jadi bahan candaan teman-teman di kantor RR. "Ah...gua mau nyari cara supaya dipecat kayak elu biar dapet pesangon," kata fotografer Mirna.
Sama bukan??? :)
Semoga saja nanti di edisi revisi, catatan saya ini bisa jadi bahan perbaikan oleh editor.
Secara keseluruhan, bagi saya buku ini cukup menarik bagi saya. Walaupun saya sebenarnya masih mengharap Soleh suatu saat nanti bisa menulis mengenai jurnalisme musik maupun pandangannya seputar dunia musik di Indonesia.
Oh iya, pasti kalian bingung kan siapa itu Kastana. Kok Soleh memberi judul bukunya Kastana Taklukkan Jakarta?
Jawabannya ya silahkan membaca buku ini sendiri. Hehe...
Kejadian makan hemat ini baru saja saya alami tadi. Jadi ceritanya, saya dan pacar saya lagi jalan-jalan di Atrium Senen. Setelah selesai jalan-jalan cari tas buat ngantor, kami pun memutuskan untuk mengisi perut kami yang mulai kelaparan Chicken Story Atrium Senen yang ada di lantai 4.
Selamat datang di Chicken Story (dok.pribadi)
Tibalah saat memesan. Pilihan kami jatuh pada Ayam Bakar Spicy dan Ayam Bakar Madu Kurma. Urusan lauk beres. Dengan harga menu tersebut Rp. 17.000,00 ternyata kami belum mendapatkan nasi. Setelah membaca menu kembali, mata kami menemukan bahwa harga nasi putih satu piring adalah Rp. 6.000,00 dengan tambahan tulisan di dalam kurung (free refill).
Nasinya free refill kan (dok.pribadi)
Otak hemat kami berdua (ya memang kami pasangan hemat dan menolak disebut pelit #sikap) langsung berpikir "Bagaimana kalau pesan nasi putihnya satu saja, tapi kami langsung minta refill, jadi nanti kami mendapatkan 2 piring nasi. Satu piring kami bayar, satu piring refill dari yang kami bayar".
Setelah berpikir seperti itu, kami pun bertanya kepada pramusaji yang melayani kami.
"Mas, ini kan nasinya 6 ribu tapi free refill. Nah, bisa gak kalo kami cuma beli satu, tapi kami langsung minta direfill. Sehingga kami cukup bayar satu porsi, tapi dapat dua porsi?".
Tanpa diduga, pramusaji itu menjawab:
"Boleh Mas..."
Jeng jeng jeng...
Dan akhirnya, kami pun berhasil menghemat satu piring nasi putih seharga 6 ribu rupiah karena berhasil memanfaatkan fasilitas refill yang disediakan oleh Chicken Story sendiri. Kan lumayan 6 ribu rupiah bisa buat naik Metro Mini atau Kopaja tiga kali. Hehe...
Hasil makan hemat 6 ribu perak tadi (dok.pribadi)
NB: Terima kasih kepada pramusaji yang melayani kami tadi. :)
Setelah beberapa kali mereview tempat makan, film maupun buku, sekarang saya mau mencoba mereview sebuah gadget. Dan gadget yang beruntung untuk saya review kali ini adalah Samsung Galaxy S4. Oh iya, sebelumnya, terima kasih kepada teman saya @melissa_purba yang sudah bersedia meminjamkan S4 di kantor untuk saya otak-atik.
Sebelum kalian baca review saya ini, harap diingat bahwa ini adalah review dari seorang awam. Jadi kalau ga detil dan mendalam ya dimaafkan ya. :)
Oke lanjut..
SAMSUNG GALAXY S4
1. Bentuk
Dari segi bentuk,bagi saya mirip seperti SIII, cuma memang ukuran layarnya lebih besar. Kalau SIII memiliki layar 4,8 inchi, maka S4 memiliki layar 5 inchi. Ya memang si, masih kalah lebar dibandingkan Galaxy Note II saya yang ukurannya 5,5 inchi (gak mau kalah..).hehe...
Tampilan layar S4 ini bening banget. Katanya si karena tingkat kerapatan pikselnya lebih rapat daripada milik SIII.
2. Kamera
Salah satu fitur unggulan di Samsung Galaxy S4 menurut saya adalah pada kamera. Dengan Note II yang kameranya 8 MP saja saya sudah cukup puas, dan sekarang S4 dibekali dengan kamera 13 MP. Keren banget gak tuh.
Memang sih,smartphone berkamera 13 MP ini bukan yang pertama yang ada di Indonesia karena sebelumnya sudah ada Sony Xperia Z. Sayang saya belum pernah mencoba Sony Xperia Z jadi tidak bisa membandingkan hasil dari kedua smartphone tersebut.
Banyak pilihan mode yang ada di S4 ini. Beberapa mode yang keren menurut saya adalah:
- Sound & Shot. Dalam mode ini, kita bisa mengambil foto sekaligus latar belakang suara pada saat kita memotret. Durasi suaranya 15 detik. Jadi misal kalian lagi motret pantai, maka nanti hasil foto kalian akan ada suara deburan ombaknya juga. Keren kan...
- Eraser. Pernah gak kalian lagi motret teman kalian di taman, terus tiba-tiba di belakang teman kalian ada orang yang lewat naik motor atau jalan kaki. Alhasil foto teman kalian jadi jelek karena latar belakangnya gambar motor yang blur. Nah dengan mode Eraser ini, kalian gak perlu khawatir dengan kejadian ini. Kalian bisa menghapus gambar motor yang blur tadi dari foto teman kalian.
- Animated Photo. Nah, di mode ini, kalian bisa bikin semacam animasi gif tapi dari hasil foto benda bergerak yang kalian ambil.
3. Fitur dan Aplikasi lain:
Selain unggul di sisi kamera, saya sempat mencoba beberapa fitur unggulan S4 yang terlihat keren menurut saya. Berikut beberapa fitur tersebut:
- Smart Pause yaitu fitur yang membuat S4 bisa mem-pause sebuah video atau film yang sedang kita tonton, pada saat kita mengalihkan pandangan dari layar. Jadi misalnya kamu lagi konsentrasi nonton film kartun di S4, terus tiba-tiba kamu menengok ke arah Mama kamu yang lagi nyuci piring di dapur, maka otomatis S4 akan mem-pause film kartun yang kita tonton tersebut.
-Smart Scroll itu misalnya kita lagi baca artikel yang saking panjangnya sampai kita harus untuk melakukan scrolling untuk membaca semua artikel. Nah dengan auto scroll ini kita tidak perlu menyentuh layar untuk melakukan scrolling, karena sensor mata pada S4 akan membaca gerakan mata dan....voila, S4 akan melakukan scrolling.
Oh iya, untuk fitur auto scroll ini saya agak kesulitan untuk mencobanya. Mungkin si sensor kesulitan membaca gerakan mata saya karena terhalang oleh kacamata saya yang super tebal ini. Hehe...
Video berikut saya ambil dari Youtube. Ya kira-kira beginilah cara kerja Smart Pause dan Smart Scroll.
- SHealth. Dengan fitur ini kita bisa menghitung gerakan atau langkah yang kita tempuh sehari-hari. Dan lagi, SHealth ini akan memberikan keterangan seberapa besar kalori yang sudah dibakar pada saat kita jalan kaki ini. Pas saya mencoba, ternyata beneran bisa menghitung langkah yang kita lakukan, ya meskipun menurut saya agak kurang akurat karena saya mencobanya hanya dengan menggoyang-goyangkan S4 tersebut dan hasilnya, di layar saya terbaca sudah melakukan beberapa langkah.Hehe..
- Optical Reader. Prinsip kerjanya semacam barcode reader. Jadi saat kita membuka aplikasi ini, dan mengarahkan kamera S4 ke sebuah tulisan, maka otomatis S4 akan mendeteksi tulisan tersebut dan layar akan menampilkan keterangan atau definisi kata tersebut. Fitur ini sepertinya baru bisa membaca sebatas kata per kata saja, karena ketika saya mengarahkan ke beberapa kata sekaligus, fitur ini tidak berhasil membaca deretan kata tersebut.
Sebenarnya ada beberapa fitur dan aplikasi lain yang ingin saya coba dan otak-atik, seperti STranslator, Photo Album, ketahanan baterai, dll. Tapi ya berhubung pinjaman dan bukan punya sendiri jadi ya ga enak juga kalau terlalu lama dan detail diotak-atik.
Dengan segudang fitur yang keren tersebut. jujur saya belum berniat untuk membeli Samsung Galaxy S4 ini. Bukan karena tidak pengen, tapi karena harganya mahal menurut ukuran kocek saya. S4 ini dibanderol dengan harga sekitar Rp. 7,9 juta. Ya kira-kira sekian kali gaji saya lah itu. haha...:) Etapi kalo ada yang mau minjemin atau ngasih S4 ke saya si saya terima dengan senang hati.
Kata passion memang lagi ngetren banget di buku-buku motivasi dan seminar-seminar tentang dunia kerja.Bahkan orang-orang pun seakan berbondong-bondong membicarakan passion, dan seakan berbicara tentang passion adalah menjadi kewajiban ketika ditanya tentang masa depan,karier dan hal-hal seperti itulah.
Passion bagi saya adalah sesuatu minat yang besar terhadap sesuatu hal yang membuat kita mau melakukan hal tersebut dengan penuh semangat dan rasa bahagia. Passion setiap orang tentulah berbeda-beda. Saya ambil contoh dari film 3 Idiots saja. Dalam film tersebut diceritakan salah satu tokoh yang merupakan mahasiswa teknik, akhirnya memilih mengikuti passionnya di bidang fotografi dan akhirnya ia sukses menjadi seorang fotografer majalah internasional.
Lalu pertanyaan saya kemudian adalah apakah semua hal yang harus kita lakukan harus berdasarkan passion kita. Dan apakah semudah itukah mengikuti dan mewujudkan passion kita.
Beberapa waktu lalu, saya menonton film berjudul 9 Summer 10 Autumn, sebuah film yang menceritakan kisah hidup Iwan Setyawan. Dalam film tersebut, dikisahkan Iwan Setyawan, yang lahir dan besar di keluarga sangat sederhana, ibunya adalah ibu rumah tangga dan ayahnya adalah seorang sopir angkot. Saking sempitnya rumah yang ditempati Iwan Setyawan dan ia harus tidur berbagi ranjang dengan 4 orang kakak dan adik perempuannya, Iwan Setyawan memiliki mimpi bahwa suatu hari nanti ia ingin memiliki kamar pribadinya sendiri. Singkat cerita, Iwan akhirnya berhasil menjadi Direktur sebuah perusahaan di New York, dan berhasil memiliki kamarnya sendiri. Bahkan, ia telah membangunkan kamar-kamar bagi para keponakannya.
Mengejar dan mewujudkan passion memang sangat penting menurut saya. Tapi selain memikirkan passion, bagi saya ada hal-hal lain yang juga penting ketika kita berpikir tentang masa depan kita. Tanggung jawab kepada orang tua dan keluarga serta membahagiakan mereka semua menurut saya adalah salah satu hal yang penting selain passion. Ada kalanya pula, tanggung jawab menjalankan tugas dan pekerjaan adalah hal lain yang penting selain passion.
Saya jadi ingat ucapan seseorang ketika saya mengikuti diskusi film "Lincoln" beberapa waktu yang lalu. Salah seorang pembicara mengatakan bahwa "tidak semua pekerjaan itu membutuhkan passion. Presiden misalnya. Kita tidak mungkin mempercayakan negara kepada orang yang hanya mengikuti passion-nya". Pikiran saya jadi membayangkan bahwa kita punya Presiden yang sibuk memikirkan passionnya, misalnya musik atau seni, dibandingkan memikirkan negaranya.Hehe..Lucu mungkin ya.
Sekali lagi, mengikuti passsion itu penting. Namun bukanlah yang terpenting. Itu menurut saya ya.
:)
Apa hubungan antara fitness, diet dan pesta pernikahan?
Kalau kamu berharap saya akan menjelaskan secara ilmiah dan teoritis apa hubungan ketiga hal itu, maka lebih baik jangan meneruskan untuk membaca tulisan ini. Karena sebenarnya tulisan ini adalah hasil pikiran iseng saya yang melihat bahwa ternyata fitness, diet dan pesta pernikahan itu memiliki hubungan yang bisa dibilang sangat erat.
Kemarin sore, saya dan teman saya pergi ke tempat fitness di kantor saya. Di tempat fitness tersebut, kami bertemu dengan salah seorang teman yang sedang latihan. Setelah kami ajak ngobrol, ternyata dia bilang bahwa teman saya tersebut akan menikah pada bulan Agustus.
Sepulang dari tempat fitness tersebut, saya jadi teringat dengan beberapa teman kantor saya yang juga rajin fitness dan melakukan diet beberapa bulan sebelum pernikahan. "Biar kebaya dan jasnya muat", begitu kata mereka. Ya intinya mereka menjaga penampilan agar pada saat pesta pernikahan atau resepsi, mereka bisa tampil menawan cantik dan tampan.
Kemudian pikiran saya kembali bertanya, "Sebegitu pentingkah tampil menawan di pesta pernikahan dibandingkan setelah menikah?"
Ya ya ya. Saya tau saya ini belum kompeten bila berbicara soal pernikahan. Lha wong saya sendiri saja belum menikah. Saya sadar si tampil menawan cantik dan tampan itu memang sangat penting. Siapa sih yang gak mau tampil bak raja dan ratu sehari di pesta pernikahan yang diharapkan hanya sekali seumur hidup. Tapi apakah kita hanya ingin tampil menawan hanya pada saat pesta pernikahan?
Menurut saya,baik sebelum menikah maupun setelah menikah,penampilan itu perlu dijaga.Bahkan menurut saya,menjaga penampilan setelah pesta pernikahan jauh lebih penting dibandingkan sebelum pesta pernikahan. Bukankah usia pernikahan kita jauh lebih panjang daripada usia pesta.
Ah sudahlah.Jangan percaya omongan saya soal hal ini karena saya sendiri belum menikah.hehe..