Apa yang selalu saya rindukan akan Purwokerto?
Salah satu hal yang saya rindukan akan Purwokerto
adalah nongkrong bersama teman-teman dan bercengkerama di sebuah angkringan
pinggir jalan, sambil sesekali menyeruput segelas jahe susu ditemani sebungkus
nasi kucing plus sate keong nan nikmat.
Hari minggu kemarin, usai mengikuti ibadat di
Gereja St. Yoseph Purwokerto, saya sengaja berjalan kaki ke rumah melewati
perempatan Pasar Wage. Saya sengaja berjalan melewati tempat itu karena saya
ingin “berkunjung” ke tempat dulu saya dan teman-teman biasa nongkrong. Sebuah
angkringan di dekat perempatan Pasar Wage Purwokerto.
Para pengunjung sedang memilih makanan |
Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Angkringan itu
masih terlihat sepi. Hanya ada tiga pasang muda-mudi yang asyik mengobrol
sembari menikmati hidangan di piring mereka. Suasana angkringan ini masih saja
seperti dulu, hening jalanannya namun hangat suasananya.
Malam itu saya memesan segelas jahe susu panas
serta dua bungkus nasi kucing dan sate keong. Untuk nasi kucing, sate keong dan
makanan lainnya, pengunjung bisa langsung mengambil di meja penuh makanan yang
ada di samping gerobak angkringan ini. Selain nasi kucing dan sate keong, menu
yang tersedia di sini antara lain sate telor puyuh, sate hati ayam, serta
gorengan-gorengan semacam mendoan, bakwan, pisang goreng, tahu, dll. Untuk
menemani menyantap gorengan, tersedia pula ketupat beserta bumbu kacang yang
bisa diambil sesuai selera.
Jahe susu disini rasa susunya lebih terasa
daripada rasa jahenya. Ada sedikit kayu manis pada jahe susu yang saya minum.
Untuk yang tidak suka jahe susu, pengunjung juga bisa memesan teh maupun kopi.
Beragam serbuk kopi instan dalam sachet juga bisa menjadi pilihan di tempat
ini.
Nasi kucingnya sendiri menurut saya agak kurang
enak. Nasinya agak pera dan lauknya hanya sejumput oseng tempe. Di angkringan
lain biasanya ada tambahan sambel atau seiris kecil ikan bandeng di setiap nasi
kucing. Untungnya, di tempat ini menyediakan tambahan sambel kacang, gorengan
atau sate-satean yang rasanya bisa untuk mengimbangi rasa nasi yang pera.
Harga makanan dan minuman di angkringan ini
menurut saya cukup standar. Untuk menikmati segelas jahe susu, dua bungkus nasi
kucing dengan sebuah sate kerang, saya cukup merogoh kocek sebesar Rp. 9.000
(sembilan ribu rupiah) saja. Di Purwokerto, harga sebesar itu masih bisa untuk
membeli sepiring nasi goreng atau mie rebus tek-tek yang biasa berkeliling di
malam hari. Namun nuansa jalanan Purwokerto yang lenggang di malam hari rasanya
sepadan dengan harga itu. Apalagi dinginnya gerimis di malam itu membuat jahe
susu semakin terasa nikmat di tenggorokan saya. Menghangatkan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa komentarnya ya....:))