“Eh lo kenapa ga jadi datang ke workshop-nya Bang Atta Halilintar? Keren banget tau.”
“Ah males gue. MAGER banget nih.”
MAGER.
Satu kata yang merupakan sebuah singkatan dari MAles GERak. Satu kata yang selalu bisa kamu jadikan alasan untuk tidak datang ke acara pernikahan kerabat, tidak datang menepati janji makan siang dengan teman, atau sekadar tidak datang ke acara 17 Agustusan RT di lapangan seberang rumah kamu persis.
Saya jadi ingat sebuah postingan di Instagram @millennialsshit yang berbunyi
MANUSIA BERENCANA, MAGER MENENTUKAN
Ya. Memang sebegitu menentukannya sang MAGER ini. Kamu bisa saja kehilangan kesempatan untuk ketemu calon jodoh kamu di acara pernikahan teman hanya gara-gara kamu MAGER. Kamu mungkin kehilangan potensi penghasilan ratusan juta rupiah, hanya karena kamu MAGER datang ke workshopnya Atta Halilintar yang hingga tulisan ini diterbitkan, subscriber channel Youtube-nya sudah mencapai angka 18 juta orang.
Kebiasaan males gerak sendiri sebenarnya saya idap sendiri. Di semester lalu, saya banyak sekali melewatkan workshop atau event lain di kampus yang sesungguhnya menarik dan pasti bermanfaat hanya karena saya terlalu “Males Gerak” ini. Apalagi ditunjang dengan aplikasi media sosial semacam Instagram atau Twitter yang membuat saya merasa berjalan kemana-mana hanya dengan melihat stories teman-teman saya yang sedang asik liburan atau sibuk dengan kegiatan sosialnya. Youtube dan Netflix pun turut mendukung kebiasaan males gerak ini, sehingga saya hanya berjalan turun dari ranjang hanya ketika saya kebelet pipis atau lapar.
Belajar berkomitmen itu penting sekali untuk mengalahkan rasa malas gerak ini. Jadi di semester 2 ini saya berusaha untuk memaksa diri saya untuk tidak lagi menuruti hawa males-malesan saya. Saya sadar kalau hidup saya ini diisi dengan males gerak, tidur-tiduran di kasur sambal scrolling feed Instagram, atau asik nge-tap stories orang lain, ya saya hanya membuang waktu saya.
Jadi gimana cara saya untuk bisa efektif mengalahkan rasa malas ini?